|
Poduk dan Biaya Investasi
|
||||||||||
|
Rincian Dana Membuat Sebuah
Studio Musik
|
||||||||||
|
No
|
Perlengkapan Studio
|
Harga
|
||||||||
|
1
|
Sewa Tempat/Tahun
|
12000000
|
||||||||
|
2
|
AC
|
2500000
|
||||||||
|
3
|
Drum 1 Set
|
3500000
|
||||||||
|
4
|
Gitar Rythm 1 @ 1500000
|
1500000
|
||||||||
|
5
|
Gitar Melodi 1 @ 2000000
|
2000000
|
||||||||
|
6
|
Gitar Bass 1 @ 1700000
|
1700000
|
||||||||
|
7
|
Amplifier Gitar 2 @ 2500000
|
5000000
|
||||||||
|
8
|
Amplifier Bass 1 @ 2500000
|
2500000
|
||||||||
|
9
|
Amplifier Vocal
|
1000000
|
||||||||
|
10
|
Mic 1 @ 100000
|
100000
|
||||||||
|
11
|
Efek Distortion 2 @ 500000
|
1000000
|
||||||||
|
12
|
Jack & Kabel Audio
|
200000
|
||||||||
|
13
|
Peredam
|
2000000
|
||||||||
|
14
|
Karpet
|
1500000
|
||||||||
|
15
|
Stand Mic 1 @ 150000
|
150000
|
||||||||
|
16
|
Stand Gitar 3 @ 150000
|
450000
|
||||||||
|
Total Harga
|
37100000
|
|||||||||
|
Biaya Variabel
|
||||||||||
|
Rincian Dana Pengeluaran Per
Bulan
|
||||||||||
|
No
|
Item
|
Jumlah
|
||||||||
|
1
|
Listrik/Bulan
|
250000
|
||||||||
|
2
|
Promosi
|
200000
|
||||||||
|
3
|
Biaya Tak Terduga
|
100000
|
||||||||
|
Total
|
550000
|
|||||||||
|
Ekspektasi Omzet Minimum
|
||||||||||
|
Minimal Studio Sehari di Pakai
7 Jam @ Rp 20.000
|
||||||||||
|
No
|
Item
|
Omzet/Hari
|
Omzet/Bulan
|
Omzet/Tahun
|
||||||
|
1
|
Rental Studio
|
140000
|
4200000
|
50400000
|
||||||
Kamis, 31 Oktober 2013
Music Studio
Selasa, 29 Oktober 2013
Proposal Manajemen PLS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang terus berupaya menjadikan pendidikan sebagai
sarana untuk menuju terwujudnya bangsa yang mandiri dan mempunyai daya saing
tinggi. Pendidikan yang baik akan memberikan
peranan yang sangat penting dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang
nantinya akan memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan negara. Upaya pendidikan dalam
mewujudkan bangsa yang mandiri tidak terlepas dari sistem pendidikan yang telah
ditetapkan di Indonesia. Seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional) pasal 13 ayat (1), “Jalur pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya”. Subsistem pertama disebut pula pendidikan sekolah,
sedangkan subsistem pendidikan nonformal dan informal berada dalam cakupan
pendidikan luar sekolah.
Phillips H. Combs dalam Joesoef
(1992:50), mengemukakan bahwa pendidikan non formal adalah : “Setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang
diselenggarakan di luar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian
dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksud untuk memberikan layanan kepada
sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar”.
Satuan-satuan pendidikan non formal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan usia dini, pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan,
serta pendidikan lain yang diselenggarakan dilembaga kursus,
majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.
Pendidikan keterampilan dan pelatihan
adalah suatu bagian pendidikan non
formal yang
merupakaan proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan dalam
waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek
daripada teori. Pendidikan kursus
dan pelatihan
merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pembangunan nasional, yang di dalam terjadi
proses pembelajaran sebagai
upaya pengembangan sumber daya manusia.
Setiap
program pendidikan baik formal, informal dan non formal pasti dibutuhkan
manajemen yang baik guna menunjang pelaksanaan program dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Begitu juga satuan-satuan
pendidikan non formal jika ingin tujuannya tercapai seorang
manajer harus membuat manajemen yang baik karena manajemen yang baik adalah
kunci sukses keberhasilan program.
Menurut Sudjana (2004), manajemen adalah semua kegiatan yang diselenggarakan oleh seseorang atau lebih dalam
suatu organisasi/lembaga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi/lembaga. Arti dari semua kegiatan dari pengertian manajemen adalah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengembangan yang
disebut sebagai fungsi-fungsi manajemen.
Untuk mencapai tujuan yang sesuai harapan dalam
lembaga-lembaga pendidikan non formal dibutuhkan manajemen yang fleksibel,
dimana manajemen lembaga dibuat berdasarkan kebutuhan sasaran peserta didik /
bottom-up. Tapi kenyataannya banyak lembaga-lembaga pendidikan non formal yang kurang memperhatikan manajemennya sehingga menjadikan lembaga
tersebut kualitasnya kurang bagus atau bahkan gagal. Manajemen yang gagal
dikarenakan manajer atau pengelola lembaga membuat manajemen yang bersifat top down dimana manajemen dibuat bukan
berdasarkan kebutuhan peserta didik tapi berdasarkan apa yang menurutnya
manajer baik yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan peserta didik. Kegagalan dalam mengelola lembaga juga dikarenakan manajer bukan lulusan pendidikan non formal atau tidak mengetahui hakikat pendidikan non formal sehingga tidak memahami manajemen dalam
satuan-satuan lembaga non formal.
Hayomi
Modelling School and
Personal Development yang berlokasi di Praja Barat Surabaya adalah salah satu
lembaga kursus dan pelatihan guna menambah atau mengganti pembelajaran
pengembangan diri yang belum ada di dalam pendidikan formal. Di dalam Lembaga
Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development terdapat
manajemen yang digunakan sebagi pedoman dalam proses pelaksanaannya. Untuk
mencapai hasil sesuai tujuan dibutuhkan manajemen yang baik dan mampu
dilaksanakan sesuai ketentuan perencanaan yang telah ditetapkan. Dalam lembaga
ini walaupun mempunyai manajemen yang baik tapi masih banyak kendala dalam
pelaksanaanya sehingga apa yang telah dilaksanakan tidak sesuai dengan apa yang
telah direncanakan. Kendala ini dikarenakan factor-faktor penghambat yang
muncul dan menjadi penghalang dalam pelaksanaan program sehingga tujuan tidak
sesuai dengan harapan. Untuk mengetahui optimalisasi manajemen yang digunakan
dapat dilihat dari pelaksanaan manajemen Pendidikan Luar Sekolah pada Lembaga
Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development dalam memadukan
antara sumber daya manusia dan sumber daya non-manusia dan apakah faktor-faktor
yang menjadi pendukung dan penghambat dalam implementasi manajemen Pendidikan
Luar Sekolah di lembaga tersebut. Karena manajemen yang baik adalah kunci
keberhasilan program dalam mencapai tujuan.
Berdasarkan
latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Implementasi Manajemen Pendidikan
Luar Sekolah Pada Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development di
Kebraon Praja Barat Surabaya”.
B.
Rumusan
Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan
masalah yakni :
1. Bagaimana Optimalisasi
Pelaksanaan Manajemen Pendidian Luar Sekolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan
Hayomi Modelling School and Personal Development di Kebraon Praja Barat
Surabaya?
2. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam Implementasi
Manajemen Pendidian Luar Sekolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi
Modelling School and Personal Development di Kebraon Praja Barat Surabaya?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Untuk
mengetahui Optimalisasi Pelaksanaan Manajemen Pendidian Luar Seolah pada
Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development
di Kebraon Praja Barat Surabaya.
2.
Untuk mengetahui
faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam Implementasi
Manajemen Pendidian Luar Sekolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi
Modelling School and Personal Development di Kebraon Praja Barat Surabaya.
D.
Manfaat
Penelitian
Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan serta penelitian di jurusan PLS. Dengan
adanya penelitian ini akan didapat berbagai manfaat positif bagi :
1.
Bagi peneliti
a.
Untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai Optimalsisasi Manajemen
Pendidian Luar Sekolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan.
b.
Untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
Manajemen Pendidian Luar Sekolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan.
2.
Bagi Lembaga
Kursus dan pelatihan
a.
Hasil penelitian
ini akan dapat dijadikan sebagai evaluasi dan pengembangan dalam lembaga kursus
dan pelatihan Hayomi
Modelling School
and Personal Development.
b.
Mendukung
keberhasilan program pembelajaran dan meningkatkan kredibilitas lembaga kursus
dan pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development.
3.
Bagi Jurusan
Pendidian Luar Sekolah
Manfaat penelitian ini bagi jurusan Pendidian Luar
Sekolah adalah akan semakin memperkaya informasi dan literatur mengenai Optimalsiasi
Manajemen Pendidian Luar Seolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan.
E.
Definisi Operasional
Untuk
memperjelas penelitian perlu digunakan definisi operasional agar penelitian ini
menjadi terarah dengan baik. Adapun definisi operasional penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manajemen
Pendidikan Luar Sekolah
Manajemen atau sering disebut sebagai pengelolaan
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi,
dan pengembangan yang digunakan pada lembaga atau organisasi sebagai acuan
dalam pelaksanaan program. Sedangkan Pendidikan Luar Sekolah adalah proses belajar yang terjadi secara
terorganisasikan diluar sistem persekolahan atau pendidikan formal, dimaksudkan
untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula. Baik
buruknya manajemen yang diimplementasikan akan sangat mempengaruhi pada
keberhasilan lembaga. Pada manajemen Pendidikan Luar Sekolah dibutuhkan
manajemen yang berbeda dengan pendidikan formal, dimana manajemen Pendidikan
Luar Sekolah harus fleksibel yaitu manajemen dibuat atau disusun berdasarkan
kebutuhan peserta didik (bottom up). Namun
faktanya, banyak lembaga yang telah menerapkan manajemen Pendidikan Non Formal
tapi secara sadar lembaga tersebut belum mengetahui bahwa yang digunakan adalah
manajemen Pendidikan Luar Sekolah juga terkadang lembaga Pendidikan Non Formal menyamakan
manajemen nonformal dengan formal yang sebenarnya sangat-sangatlah berbeda
dalam perencanaan dan pengimplementasiannya.
2. Lembaga
Kursus dan Pelatihan
Lembaga
kursus dan pelatihan adalah salah satu satuan pendidikan non formal yang
membantu individu untuk mengembangkan diri diluar jalur pendidikan formal. Pelatihan
adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh
dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek
dari pada teori. Kursus modelling and personal development adalah lembaga
Pendidikan Nonformal yang menangani dan memberikan wadah bagi masyarakat dalam
meningkatkan dan memberikan pengetahuan ataupun ketrampilan dalam dunia hibran
dan pengembangan diri. Keberhasilan dalam lembaga tersebut berhasil karena
mempunyai manajemen yang baik terbukti dari banyak peserta didik yang berhasil
setelah mengikuti program kursus dilembaga tersebut.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Manajemen Pendidikan Luar Sekolah
1. Pengertian
Manajemen Pendidikan Luar Sekolah
Menurut
Sudjana (2004:1), tiga istilah penting dalam pengertian Manajemen Program
Pendidikan Luar Sekolah yaitu Manajemen, Program dan Pendidikan Luar Sekolah.
Manajemen sendiri mengandung arti semua kegiatan yang diselenggarakan oleh
seseorang atau lebih, dalam suatu kelompok atau organisasi/lembaga untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan oleh organisasi /lembaga. Program dapat diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok yang memuat komponen –
komponen program. Komponen itu meliputi tujuan, sasaran, isi dan jenis
kegiatan, proses kegiatan waktu, fasilitas, biaya dan organisasi
penyelenggaraan. Pendidikan luar sekolah adalah adalah belajar terjadi secara terorganisasikan diluar sistem persekolahan atau
pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting
dari suatu kegiatan yang lebih besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran
didik tertentu dan belajarnya tertentu pula.
a.
Manajemen
Manajemen
menjadi faktor sangat penting dalam kegiatan lembaga untuk mencapai tujuan yang
di inginkan agar tercapai hasil yang efisien dan memuaskan. Jadi, manajemen ini
sangat penting karena di samping bersifat pengetahuan juga merupakan keahlian
dari manajer atau pemimpin dalam memecahkan masalah-masalah organisasi melalui
mekanisme sistem yang dapat dipergunakan.
Menurut
Brantas (2009:4) Manajemen adalah suatu prosesn atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan ata pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Berbagai
tugas manajemen itu sendiri di jelaskan lebih lanjut dalam fungsi
manajemen. Fungsi manajemen ini dapat berbeda pada tiap perusahaan tergantung
dari penggunaannya. Namun yang utama terdiri dari Planning, Organizing,
Actuating dan Controlling yang sering disingkat menjadi POAC.
Walaupun berbeda-beda, tujuan manajemen dalam suatu organisasi atau lembaga
selalu sama yaitu mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien
b.
Program
Menurut Sudjana (2004:1) program dapat diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok dalam organisasi atau
lembaga yang memuat komponen-komponen program. Komponen-komponen itu meliputi
tujuan, sasaran, isi dan jenis kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas,
alat, biaya dan organisasi penyelenggara.
1)
Tujuan
adalah harapan yang ingin dicapai setelah terselenggaranya suatu program.
2)
Sasaran
adalah warga belajar atau peserta didik yang akan mmengikti program tersebut.
3)
Proses
kegiatan yaitu pelaksanan kegitan dalam mencapai tujuan dengan aturan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
4)
Alat,
biaya dan fasilitas adalah sumber daya pendukung yang dikelola sedemikian rupa
untuk mencapai tujuan dari diselenggarakannya program.
c.
Pendidikan Luar Sekolah
Menurut Philip H.Combs dalam Joesoef (1992:
50), menyatakan bahwa Pendidikan Luar Sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan
yang dilaksanakan atau dijalankan diluar pendidikan formal, baik tersendiri
maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk
memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan belajar.
Sedangkan
menurut Trisnamansyah (2008: 24), menyatakan bahwa dari segi praktek pendidikan
non formal adalah pembuatan pendidikan yang melibatkan tiga komponen utama,
yaitu peserta didik, pendidik, dan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan selain
mengacu pada aspek-aspek normatif kehidupan juga memperhatikan kebutuhan
peserta didik yaitu kebutuhan belajar yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya.
Dengan demikian tujuan pendidikan diwarnai oleh karakteristik peserta didik
khususnya kebutuhan belajarnya.
Jadi
dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal
merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar prosedur pendidikan formal
yang teratur dan cenderung ketat, sedangkan pendidikan non formal lebih
bersifat fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada.
Pendidikan
luar sekolah memiliki fungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap dari
pendidikan formal, salah satu fungsinya adalah memberikan pendidikan pelatihan
yang dilaksanakan baik dilembagakan maupun tidak dilembagakan.
1) Ciri-Ciri
Pendidikan Luar Sekolah
Menurut
Joesoef (1992: 54), ciri-ciri pendidikan luar sekolah antara lain sebagai
berikut:
a)
Pendidikan
luar sekolah sebagai pelengkap bentuk-bentuk pendidikan formal.
b)
Tanggung
jawab lembaga pendidikan luar sekolah dibagi oleh pengawasan umum atau
masyarakat, pengawasan pribadi atau kombinasi dari keduanya.
c)
Beberapa
bentuk pendidikan luar sekolah ditandai untuk mancapai bermacam-macam tujuan.
d)
Metode
pengajaran dari tatap muka, penggunaan audio, televisi, unit latihan keliling,
demonstrasi, kursus, alat bantu visual.
e)
Penekanan
pada program teori dan praktek secara relative.
f)
Kesuksesan
pembelajaran pendidikan luar sekolah dapat membawa peningkatan ekonomi,
peningkatan kesejahteraan dan pendapatan peserta.
g)
Pendidikan
luar sekolah mempunyai dampak pada produksi ekonomi dan perubahan sosial dalam
waktu singkat.
h)
Sebagian
besar program pendidikan luar sekolah dilaksanakan oleh remaja dan orang dewasa
secara terbatas pada kehidupan dan pekerjaan.
i)
Peran
pendidikan luar sekolah mencakup
pengetahuan, keterampilan dan pengaruh pada nila-nilai program.
j)
Dengan
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri pendidikan luar sekolah
adalah pendidikan yang pelaksanaannya lebih menekankanpada keterampilan dan
keahlian agar setelah mengikuti pendidikan peserta didik memiliki kemampuan
baru, sehingga dapat merubah hidupnya menuju kehidupan yang lebih baik dari
sebelumya.
2) Jenis Pendidikan
Luar Sekolah
a)
Pendidikan
massa
Menurut Sudjana (2004: 58), menyatakan
bahwa pendidikan massa (massa education)
adalah kesempatan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat luas dengan
tujuan untuk membantu masyarakat sehingga warganya memiliki kecakapan membaca,
menulis, berhitung dan pengetahuan umum yang diperlukan dalam upaya peningkatan
taraf hidup dan kehidupannya sebagai warga masyarakat dan warga negara yang
bertanggung jawab.
b)
Pendidikan
orang dewasa
Unesco (dalam Sudjana, 2004: 59) mendefinisikan
bahwa pendidikan orang dewasa merupakan proses pendidikan yang terorganisasi
dengan berbagai bahan belajar, tingkatan dan metode, baik bersifat resmi atau
tidak, meliputi upaya kelanjutan atau perbaikan pendidikan yang diperoleh dari
sekolah, akademik, universitas, atau magang.
c)
Pendidikan
perluasan
Pendidikan
perluasan (extension education)
adalah kegiatan pendidikan yang diperluas jangkauannya keluar peserta didik di
kampus perguruan tinggi, yaitu
masyarakat. Kegiatan ini merupakan upaya pendidikan non formal yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi untuk melayani kebutuhan belajar
masyarakat yang berkaitan dengan hasrat mereka untuk berpartisipasi aktif dalam
menerapkan atau memanfaatkan penemuan baru yang dihasilkan oleh perguruan tinggi
(Sudjana, 2004: 60)
Dengan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan public speaking yang berlangsung di lembaga public speaking school merupakan pendidikan massa dimana pendidikan
ini merupakan pendidikan tambahan pengetahuan, ketrampilan yang membuat
lulusannya memiliki teknik dan strategi dalam berbicara di depan umum sehingga
dapat digunakan sebagai profesi untuk mempeloleh penghasilan.
3) Wadah
Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah
Bentuk-bentuk
kegiatan pendidikan luar sekolah:
a)
Kursus
Kursus
adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu. Kursus tetap memenuhi unsur belajar mengajar seperti warga
belajar, sumber belajar, program belajar, tempat belajar, dan fasilitas
belajar.
b)
Kelompok
belajar
Kelompok
belajar adalah lembaga kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu tergantung pada kebutuhan warga belajar.
c)
Pusat
pemagangan
Pusat
pemagangan adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar yang merupakan pusat
kegiatan kerja atau bengkel sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja.
d)
Pusat
kegiatan belajar masyarakat (PKBM)
Pusatkegiatan
belajar masyarakat (PKBM) merupakan suatu lembaga yang menyediakan pendidikan
kepada masyarakat sesuai dengan apa yang diperlukan di daerah tersebut,
misalnya kesetaraan, keaksaraan fungsional,dll.
e)
Keluarga
Keluarga adalah lembaga pertama dan utama yang dialami oleh seseorang
dimana proses belajar yang terjadi tidak berstruktur dan pelaksanaannya tidak
terikat oleh waktu.
f)
Belajar sendiri
Belajar
sendiri merupakan usaha yang dilakukan oleh seorang individu untuk memperoleh
pengetahuan serta pengalaman, hal itu bisa melalui buku dan literaturnya.
g)
Kegiatan-kegiatan
lain
Kegiatan
ini dapat meliputi penyuluhan, seminar, dakwah, lokakarya, diskusi dan
sebagainya.
Dari
beberapa wadah pendidikan luar sekolah diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan
modelling and personal development masuk dalam wadah Pendidikan Luar Sekolah
pada satuan kursus atau pelatihan. Jadi,manajemen Pendidikan Luar Sekolah
adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan
pengembangan yang disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program pada
lembaga atau organisasi.
2. Unsur-unsur dan Tujuan Manajemen
a. Unsur – unsur manajemen
Manajemen merupakan sebuah subjek yang
sangat penting karena mempersoalkan penetapan serta pencapai tujuan-tujuan. Menurut
Brantas (2009:13), unsur – unsur manajemen dinyatakan dalam enam M, yaitu :
(1). Men,
tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif ; (2). Money,
uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (3). Methods,
cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan. (4). Materials, bahan-bahan yang digunakan untuk
mencapai tujuan. (5). Machines, mesin-mesin atau alat-alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan. (6). Markets, pasar untuk menjual output
dan jasa yang dihasilkan. Sumber-sumber tersebut dipersatukan dan ditetapkan
secara harmonis seemikian rupa. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai dengan ketentuan bahwa segala sesuatu berlangsung dalam batas-batas
waktu, usaha dan biaya yang digunakan.
b. Tujuan Manajemen
Konsep tujuan manajemen Pendidikan Luar
Sekolah dipandang secara luas mempunhyai beberapa fungsi penting yang
bervariasi menurut waktu dan keadaan. Menurut Brantas (2009:13-14) tujuan
tersebut antara lain yaitu :
1)
Pedoman bagi kegiatan. Melalui
penggambaran hasil akhir diwaktu yang akan datang, tujuan berfungsi sebagai
pedoman bagi kegiatan pengarahan dan penalutan usaha – usaha dan kegiatan –
kegiatan para anggota organisasi. Dalam hal ini, fungsi tujuan memberikan
arahvdan pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa yang “harus” dan “tidak
harus” dilakukan.
2)
Standar pelaksanaan. Bila tujuan
dinyatakan secara jelas dan dipahami,
hal ini akan memberikan standar langsung bagi penilaian pelaksanaan kegiatan
organisasi. Setelah lembaga menetapkan tujuan-tujuan dan gambaran hasil akhir
maka derajat kesksesan akan dapat mudah diukur.
3)
Dasar rasional pengorganisasian.
Dinyatakan secara sederhana, tujuan lembaga atau organisasi merupakan suatu
dasar perancangan dimana tujuan lembaga dan struktur lembaga berinteraksi dalam
kegiatan-kegiatanyang diperlukan untuk pencapaian tujuan.
Tujuan hendaknya ditetapkan secara
logis, rasional, realities dan ideal berdasarkan fakta, data, kemampuan serta
potensi yang dimiliki dasn tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial, agama,
moral serta peraturan-peraturan pemerintah, agar tujuan lembaga yang ditatapkan
bermanfaat dan mencapai tujuan yang telah ditatapkan.
B. Fungsi-fungsi Manejemen Pendidikan Luar
Sekolah
1. Perencanaan
/ Planning
a.
Pengertian Perencanaan
Sebagai
fungsi pertama manajemen pendidikan non formal, perencanaan merupakan proses
sistematis melalui kegiatan penyusunan dan pengambilan keputusan tentang
tindakan yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang ada
baik SDM ataupun Non-SDM, (Sudjana,2004:57).
Disebut sebagai proses sistematis karena perencanaan dilaksanakan dengan
mengunakan yang menyangkut proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan
ilmiah serta tindakan atau kegiatan yang terorganisir.
Pada
hakekatnya perencanaan merupakan usaha sadar, terorganisir dan terus menerus
dilakukan untuk memilih alternative yang terbaik dari sejumlah alternative
tindakan guna mencapai tujuan. Perencanaan bukan kegiatan yang tersendiri
melainkan merupakan suatu bagian dari proses pengambilan keputusan yang
kompleks. Oleh karena itu kegiatan ini tidak akan terlepas dari hal-hal yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan tersebut
dimulai dengan perumusan tujuan, kebijakan dan sasaran secara luas yang
kemudian dikembangkan pada tahapanpenerapan tujuan dan kebijakan itu dalam
rencana yang lebih rinci berbentk program-program untuk dilaksanakan.
Berdasarkan
prinsip-prinsip di atas bahwa keputusan yang diambil dalam perencanaan
berkaitan dengan rangkaian tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan dimasa iyang akan dating. Rangkaian tindakan itu perlu
dilakukan karena dua alasan, Pertama, untuk mewujudkan kemajuan atau
keberhasilan sesuai yang diinginkan. Sedangkan alasan Kedua, ialah supaya tidak
terjadi hal-hal yang tidak diharapkan dengan kondisi yang sama atau lebih
rendah daripada keadaan pada saat ini.
b. Fungsi
dan Karakteristik
Perencanaan
pendidikan non formal merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pertama, upaya sistematis yang
menggambarkan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau
sumber-sumber yang dapat disediakan. Sumber-sumber itu meliputi smber daya
manusia dan sumber daya non manusia. Sumber daya manusia mencakup pamong
belajar, fasilitator, tutor, warga belajar, pimpinan lembaga dan masyarakat.
Sedangkan sumber daya non manusia meliputi fasilitas, alat-alat, waktu, biaya,
sumber daya buatan dan lingkungan sosial budaya. Kedua, perencanaan merupakan kegiatan untuk menggerakkan atau menggunakan
sumber-sumber yang terbatassecara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
yang telah diterapkan. Dengan perencanaan akan dapat menghindari
penyimpangan-penyimpangan dalam penggunaan sumber daya.
Sesuai
pengertian di atas, menurut Sudjana (2004:59), perencanaan pendidikan non
formal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Perencanaan merupakan model pengambilan keputusan
secara rasional dalam memilih dan menetapkan tindakan-tindakan untuk mencapai
tujuan.
2) Perencanaan berorientasi pada perubahan dari keadaan
masa sekarang kepada suatu keadaan yang diinginkan dimasa yang akan datang
sebagaimana dirumuskan dalam tujuan yang akan dicapai.
3) Perencanaan melibatkan orang-orang ke dalam suatu
proses untuk menentukan dan menemukan masa depan yang diinginkan.
4) Perencanaan member arah mengenai bagaimana dan kapan
tindakan akan diambil serta siapa pihak yang terlibat dalam tindakan atau
kegiatan itu.
5) Perencanaan melibatkan pemikiran tentang semua
kegiatan yang akan dilalui atau akan dilaksanakan. Perkiraan itu meliputi
kebtuhan, kemungkinan-kemungkinan keberhasilan, sumber-sumber yang digunakan,
factor-faktor pendukung dan penghambat, serta kemungkinan resiko dari suatu
tindakan yang akan dilakukan.
6) Perencanaan berhubungan dengan penentuan prioritas
dan urutan tindakan yang akan dilakukan. Prioritas ditetapkan berdasarkan
kepentingan, relevansi dengan kebutuhan, tujuan yang akan dicapai,
sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mngkin dihadapi.
7) Perencanaan sebagai titik awal dan arahan terhadap
kegiatan pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan, penilaian dan
pengembangan.
Ketujuh
ciri perencanan saling berhubungan dan saling menopang antara satu dengan yang
lain. Ciri-ciri tersebut perlu dijabarkan dalam rangkaian kegiatan pendidikan
non formal yang akan diselenggarakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
c. Jenis-jenis
perencanaan
Perencanaan
yang diterapkan dalam pendidikan nonformal dapat diklasifikasikan menjadi dua
jenis, yaitu perencanaan alokatif dan perencanaan inofatif. Kedua jenis perencanaan
ini merupakan perencanaan lintas kegiatan. Perencanaan inipun juga dapat
bercorak lintas kelembagaan. Pada umumnya semua pihak yang terlibat dalam
perencanaan memiliki semangat dan keinginan tinggi untuk melakukan kegiatan
dalam perencanaan. Dalam Sudjana (2004:20), jenis-jenis perencanaan dibagi
menjadi tiga antara lain yaitu :
1)
Perencanaan Alokatif
Perencanaan
alokatif adalah upaya penyebaran atau
pembagian sumber-sumber yang jumlahnya terbatas kepada kegiatan-kegiatan dan
pihak-pihak yang akan menggunakan sumber-sumber tersebut yang jumlahnya lebih
banyak dibandingkan dengan ketersediaan sumber-sumber yang akan disediakan.
Perencanaan alokatif mengandung tiga ciri utama. Pertama, perencanaan dilaksanakan secara komprehensif atau
menyeluruh. Ciri komperehensif tampak antara lain dalam perumusan tujuan,
kegiatan, penggunaan sumber, pemantauan lingkungan, dan jenjang waktu. Kedua, adanya keseimbangan dan
keserasian antara komponen-komponen kegiatan. Ciri ini memberikan gambaran
bahwa masalah yang diidentifikasi, tujuan dan kegiatan yang diruskan akan
didasarkan atas kesembangan semua komponen program atau kegiatan. Ciri ini menunjukkan pentingnya keseimbangan dalam
pertimbangan pihak perencana terhadap keseluruhan komponen kegiatan. Ketiga, adanya alasan fungsional untk
melakukan perencanaan ciri ini menunjukkan bahwa dalam perencanaan alokatif
diisyaratkan adanya proses pengambilan keputusan secara rasional sesuai dengan
fungsi-fungsi lembaga, serta sesuai pula dengan tugas pokok yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi.
2) Perencanaan Inovatif
Perencanaan
Inovatif merupakan proses penyusunan
rencana yang menitikberatkan perluasan fungsi dan wawasan kelembagaan untuk
memecahkan permasalahan kehidupan bermasyarakat yang menjadi layanan berbagai
lembaga. Perencanaan ini ditandai dengan adanya upaya mengembangkan gagasan dan
kegiatan baru dalam memecahkan masalah.
Proses dalam perencanaan tidak hanya untuk menghasilkan suatu rencana
melainkan untuk mewujudkan fusi diantara para perencana dari berbagai bidang
kegiatan lembaga-lembaga terkait. Proses inipun berkaitan dengan kesinambungan
antara perencanaan dan pelaksanaan program dalam upaya pemecahan masalah.
Perencanaan inovatif sering diarahkan untuk memecahkan masalah besar yang
dihadapi masyarakat. Perencanaan inovatif memiliki tiga ciri pokok yaitu,
pembentukan lembaga baru, orientasi pada tindakan atau kegiatan dan penggerakan
sumber-sumber yang diperlukan.
3) Perencanaan Strategis
Perencanaan
strategis merupakan bagian dari manajemen strategi yang berfungsi untuk
memahami lingkungan, menentukan tujuan-tujuan organisasi, mengidentifikasi
alternative pilihan, membuat dan melaksaanakan keputusan-keputusan dan
mengevaluasi penampilan kegiatan. Perencanaan strategis berupaya untuk
mendayagunakan berbagai peluang baru yang mungkin terjadi pada masa yang akan
datang. Perencanaan strategis dianggap sebagai sistem terbuka dalam arti bahwa
organisasi adalah dinamis dan tetap mengalami perubahan apabila organisasi itu
memadukan berbagai informasi yang muncul dalam lingkungan. Perencanaan
strategis lebih berorientasi pada proses yaitu perencanaan itu sendiri.
Perencanaan strategis cukup rasional karena tidak memperhatikan realitas yang
irasional.
2. Pengorganisasian
/ Organizing
a.
Pengertian Pengorganisasian
Sebagai
fungsi yang kedua manajemen pendidikan non formal, pengorganisasian merupakan
kegiatan memadukan sumber daya manusia dengan sumber daya non manusia yang
diperlukan untuk menjalankan rencana yang telah disusun dan ditetapkan sebelumnya
(Sudjana, 2004 : 105). Produk pengorganisasian
ialah organisasi. Oleh karena sumber daya manusia adalah yang paling dominan
sebagai pendorong keberhasilan sebuah tujuan, maka berbagai tipe organisasi
yang hasilkan melalui pengorgaisasian berkaitan dengan pengaturan kedudukan tugas
dan tanggung jawab manusia yang terlibat dalam organisasi.
b.
Karakteristik Pengorganisasian
Menurut
Sudjana (2004:107), pengorganisasian
pendidikan nonformal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Pengorganisasian berkaitan dengan upaya pemimpin
atau pengeloa untuk memadukan sumber daya manusia dan non manusia yahng
diperlukan.
2) Sumber daya manusia terdiri atas orang-orang yang
memenhi syarat yang ditatapkan. Persyaratan itu meliputi keahlian, kemampuan,
dan kondisi fisik yang sesai dengan tuntutan organisasi serta pengembangan
lingkungan.
3) Adanya sumber daya non manusia meliputi fasilitas
(gedung dan perlengkapan), alat-alat dan biaya yang tersedia atau dapat
disediakan serta lingkungan fisik yang potensial.
4) Sumber-sumber itu diintegrasikan ke dalam suatu
lembaga.
5) Dalam lembaga terdapat pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab
diantara orang-orang untuk menjalankan rangkaian kegiatan yang telah
direncanakan.
6) Rangkaian kegiatan tersebut diarahkan ntuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
7) Dalam kegiatan pencapaian tujuan, smber daya manusia
merupakan pemegang peran utama dan paling menentukan.
Pengorganisasian
adalah kegiatan yang membentuk oraganisasi. Organisasi ini mencakup sumber daya
manusia yang akan mendayagunakan sumber daya lain untuk menjalankan kegiatan
sebagaimana direncanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
c.
Hakikat Organisasi
Satu
organisasi memiliki tiga ciri, yaitu pertama, adanya pembagian tugas, kekuasaan
dan tanggung jawab yang ditentukan dengan sengaja untuk mencapai tujuan
tertentu. Kedua, adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang mengendalikan
dan mengarahkan semua kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Pusat
kekuasaan ini pun melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap organisasi
dan apabila diperlukan, melakukan penyusunan kembali organisasi itu dengan
maksud meningkatkan daya guna organisasi. Ketiga, penggantian orang-orang
dilakukan atas dasar pertimbgangan daya guna dalam mencapai tujuan.
Organisasipun dapat melakukan pengalihan dan peningkatan setiap orang yang
terlibat didalamnya. Karena permasalahan utama yang dihadapi organisasi adalah bagaimana menyusun pengelompoan
orang-orang serasional mungkin dan mengurangi dampak sampingan yang tidak
dikehendaki sekecil apapun.
Sebagai
proses organisaisi menekankan adanya interaksi dinamis antara orang-orang yang
terlibat di dalamnya. Pentingnya interaksi didasarkan atas teori dan pengalaman
empirik yang menunjukkan bahwa hubungan kemanusiaan menjadi faktor yang sangat
penting dan mempengaruhi kegiatan organisasi. Jadi didalam organisasi harus
terjalin hubungan yang harmonis antara satu anggota dengan yang lain.
d.
Prinsip-prinsip penorganisasian
Bentuk
organisasi apapun baik tipe perilaku atau tipe mekanistik akan efektif apabila
rancangan pembentukannya didasarkan atas prinsip-prinsip pengorganisasian yang
tepat. Demikian pula halnya para
pengelola pendidikan non formal perlu merancang bentuk organisasi sesuai dengan
prinsip-prinsip pengorganisasian pendidikan nonformal. Prinsip-prinsip
pengorganisasian tersebut antara lain sebagai berikut :
1) Tujuan organisasi harus jelas. Tujuan inilah yang
memberi arah terhadap kegiatan yang akan dilakukan. Tujuan inipula yang menjadi
tolak ukur enilaian tentang efektifitas kegiatan yang dilakukan dalam mencapai
tujuan. Tujuan organisasi harus dipahami dan diterima oleh semua pihak yang
terlibat dalam organisasi.
2) Dalam organisasi harus terdapat alur lalu-lintas
kekuasaan dari pemimpin kepada pihak yang dipimpin. Alur ini menunjukkan adanya
kesatuan arah dan perintah dalam kegiatan berorganisasi.
3) Terdapat tanggung jawab antara pihak yang memimpin
dan yang dipimpin.
4) Tanggung jawab dan wewenang setiap unit pelaksanaan
atau staf harus dirumuskan secara tertulis dengan jelas. Didalamnya terdapat
keseimbangan antara tanggung jawab dan wewenang.
5) Organisasi
adalah wahana untuk mencapai tujuan
melalui pelaksanaan tugas dan hubungan kemanusiaan yang tinggi yang ditampilkan
semua pihak yang terkait dalam organisasi.
Organisasi atau lembaga mewadahi sumber daya manusia yang mampu
mendayagunakan sumber-sumber non manusia dalam rangkaian kegiatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Penggerakan /
Motivating
a.
Pengertian Penggerakan
Menurut
Sudjana (2004 : 145), Penggerakan merupakan upaya pemimpin atau pengelola untuk
memotivasi bawahan atau staf dengan membangkitkan semangat atau dorongan yang
ada di dalam diri mereka sehingga mereka mau dan mampu melakkan kegiatanmyang
direncanakan untuk mencapai tujuan. Perlu diketahui bahwa dalam kenyataanya
unsure manusia dalam organisasi disuatu pihak akan dapat mendukung
organisasi dan fungsi pengelolaan
sedangkan dipihak lain dapat pula menghambat kelancaran tugas organisasi dan
pengelolaannya. Adanya dua kenyata ini dilatarbelakangi oleh faktor pendorong
dan faktor penghambat yang timbul dari dalam dan dari luar diri manusia itu
sendiri. Faktor pendorong dan penghambat ini dapat
dianalisis dengan mengunakan formula SWOT (strength,
weakenes, opportunity and threat) atau analisis tentang kekuatan,
kelemahan, peluang atau kesempatan dan tantangan.
Sejalan
dengan Hules, staton (dalam Sudjana 2004) mengemukakan bahwa dorongan itu
berada dalam diri seseorang. Motive adalah sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu, danmerupakan daya (iner power) penggerak dari dalam
diri untuk mencapai tujuan tertentu). Untuk menumbuhkan dorongan yang ada dalam
diri seseorang hingga menjadi tingkah laku, maka orang itu perlu memahami dua
hal. Pertama, kegiatan apa yang akan
dilakkan. Dalam hubunga ini seseorang hendaknya mengetahui kegiatan yang hendak
dilakukan dan caara-cara untuk melaksanakan kegiatan itu. Kedua, mengapa ia
perlukan kegiatan itu. Ia perlu memahami pentingknya tujuan yang akan dicapai,
baik yang berkaitan dengan kepentingan dirinya maupun yang berhubungan dengan
kepentingan organisasi atau lembaga.
Singkatnya,
dorongan menjadi alasan yang kuat bagi tingkah laku seseorang dalam kegiatan
organisasi atau lembaga setelah orang-orang mengetahui kegiatan atau tugas yang
akan dilakukan dan cara melaksanakannya, serta memahami alasan mengapa kegiatan
atau tugas itu harus atau perlu dilakukan.
b.
Jenis, Fungsi dan Tujuan
Penggerakan
Jenis pengeraan dapat dipandang dari
segi dasar pembentukan, sumber dan sifatnya. Dari segi dasar pembentukannya motivasi
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu,
pertama, motivasi bawaan yang dibawa sejak lahir seperti dorongan untuk
makan dan minum ketika merasa lapar dan haus. Kedua, adalah motivasi yang dipelajari yaitu motivasi yang timbul
setelah seseorang mempelajari keadaan diri sendiri atau keadaan lingkungan. Dari
segi sumbernya motivasi terdiri atas motivasi intrinsic dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsic timbul dari setiap individu seperti kebutuhan,
bakat, kemauan, minat dan harapan yang terdapat pada diri seseorang. Motivasi
ekstrinsik yaitu motivasi yang dating dari luar diri seseorang, timbul karena
adanya stimulus atau rangsangan dari luar lingkungannya. Dari segi sifatnya
motivasi mencakup motivasi yang member harapan, menyadarkan dan upaya paksaan.
Fungsi motivasi sebagai pendorong,
penentu arah kegiatan dan penyeleksi kegiatan atau perbuatan pihak yang
dimotivasi. Sebagai pendorong mengandung arti bahwa untuk melakukan suatu tugas
atau kegiatan, seseorang atau kelompok sering harus dimotivasi. Penentu arah
kegiatan, motivasi dilakukan untuk menjaga dan meluruskan kegiatan yang telah
ditetapkan. Penyeleksi perbuatan, motivasi ini dilakukan jika telalu
banyak aktivitas yang terkadang menyebabkan seseorang sulit menentkan aktivitas
mana yang harus diprioritaskan sesuai tujuan yang telah ditetapkan
c.
Aspek-aspek yang digerakan
Aspek-aspek
tersebut adalah kebutuhan, keinginan, dorongan dan kata hati. Dengan perkataan
lain yang dimotivasi itu adalah potensi diri pihak yang digerakkan da nmencakup cita, rasa dan karsanya. Dorongan atau desakan yang terdapat
dalam diri manusia seperti rasa lapar
dan haus merupakan otensi yang mempengaruhi dan dapat mengerakkan tingkah laku.
Potensi tersebut dapat dimanfaatkan oeh pimpinan atau penyelengara program
untuk mengerakkan staf dan atau pelaksana program antara lain dengan mengaitkan
kegiatan untuk memenuhi dorongan atau desakan tadi sehingga tujuan antara dalam
upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu upaya motivasi adalah
dengan memberikan imbalan atau penghargaan terhadap kegiatan yang dapat
memenuhi dorongan atau desakan tersebut.
Perilaku
seseorang dalam mewujudkan harapannya akan menunjukkan tinggi rendahnya harapan
orang itu suatu harapan yang telah terpenuhi dnga baik oleh seseorang akan
mendorong orang itu untuk memenuhi harapan lainnya yang lebih tinggi.
Sebalinya, harapan yang tidak terpenuhi dengan baik akan menurunkan harapan
orang tersebut. Dengan perkatan lain, makin tinggi keberhasilan yang dicapai
pelaksanaan program akan semakin tinggi pula harapanya, serta cenderung akan makin
meningkat upayanya untuk mencapai keberhasilan yang lebih baik.
d.
Langkah-langkah Pengerakan
Pengerakan
dilakukan untuk mendorong seseorang uatau kelompok sehingga mereka dapat
melaksanakan kegiatan atau pekerjaan dengan berdayaberdaya guna dan hasil guna.
Motivasi orang-orang dalam kelompok dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Menjelaskan alasan memotivasi
2) Memberikan pengakuan terhadap kegiatan dan orang
yang dimotivasi.
Dimana
pihak yang memotivasi harus mengakui kontribusi orang yang dimotivasi terhadap
kegiatan kelompok atau organisasi. Seseorang sering keluar dari kelompok atau
organisasi dengan alasan bahwa ia tidak di akaui dan tidak dihargai kehadiran
dan kontribusinya. Pihak yang memotivasi harus menyadari pentingnya pengakuan
dan penghargaan dalam kehidupan berorganisasi.
3) Menjelaskan dan mengkomunikasikan tujuan motivasi.
Suatu
kelompok atau organisasi yang memiliki tujuan yang jelas, pipahami, disepakati
dan doterima oleh setiap orang yang terlibat didalamnya maka tujuan itu
memiliki landasan kuat ntuk tercapai. Dengan demikian, kejelasan tujuan dan
dipahami oleh mereka akan menjadi suatu kekuatan dalam upaya memotivasi.
4) Menyelenggarakan pertemuan untuk merangsah pihak yang
dimotivasi
Pengerak
atau motivator yang baik adalah unsure paling penting untuk keberhasilan
komunikasi, pengeraklah yang menantang dan merangsang anggota kelompok.
Keberhasilan motivasi adalah tanggung jawab anggota kelompok dan penggerak.
5) Memberikan penghargaan melalui komunikasi.
Komunikasi
dilakukan dengan cara menghargai kehadiranj dan pendapat orang lain, dan bukan
dengan memberikan penilaian yang merendahkan pendapat tersebut. Pembinaan
komunikasi yang baiik menjadi tanggung jawab pihak yang memotivasi dan pihak
yang dimotivasi. Komunikasdi akan tidak evektif apabila tumbuh kebiasaan atau
“budaya” malas, tidak teratur dan sikap tidak menghargai orang lain.
6) Mendengarkan informasi dari yang dimotivasi
Kesunguhan
dalam mendengarkan informasi akan meningkatkan motivasi. Kesunguhan tersebut
akan menunjukkan penghargaan endengar terhadap pembicara dan terhadap isi
pembicaraannya, walaupun mungkin ia tidak menyetujui informasi yang diterima.
Selama mendengarkan isi pembicaraan, orang yang berbicarapun memperhatikan
jalan pikiran orang yang mendengarkannya
7) Melihat keadaan diri sendiri
Terdapat
hubungan yang positif antara tingkat pemahaman terhadap diri sendiri dengan
tingkat pemahaman terhadap orang lain. Penampilan, rasa simpati, dan perilaku
memperhatikan orang lain bermula dari pemahaman diri sendiri.
8) Mengatasi situasi konflik
Konflik
yang terbuka dan terarah pada tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan dalam
kelompok, memiliki nilai yang tinggi sedangkan konflik yang tidak ditangani
secara kreatif dapat menjadi faktor yang sangat merugikan kelompok. Untuk itu,
seorang pengerak atau pimpinan kelompok perlu memahami :
a) Pandangan orang-orang terhadap konflik
b) Keterampilan khusus untuk mengatasi konflik.
c) Teknik-teknik untuk mempengaruhi konflik dalam
kelompok
d) Cara memepertahankan diri dalam konflik
9) Mengurangi resiko yang mungkin timbul
Resiko
dapat dikurangi dengan tumbuhnya saling pengertian dan saling mendukung
diantara anggota kelompok. Resiko juga dapat dikurangi dengan cara memahami dan
mengatasi situasi konflik.
e. Tahapan Penggerakan dalam
Penyelenggaraan Program di Lapangan
Pada
penyelenggaraan program pendidikan nonformal di lapangan terdapat tiga tahapan
penggerakan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan penilaian motivasi.
1) Tahap persiapan
Tahap
persiapan adalah tahap dimana penggerak mempersiapkan segala hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan motivasi.
2) Tahap pelaksanaan
Dalam
tahap ini motivator sudah terlibat langsung dalam pelaksanaan motivasi. Waktu
pelaksanaan motivasi tergantung pada keragaman kebutuhan dan masalah yang
dihadapi, luas materi motivasi dan hasil serta dampak motivasi.
3) Tahp penilaian
Penilaian
dilakukan dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data tentang
motivasi untuk digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan mengenai
motivasi tersebut.
4. Pembinaan
/ Conforming
a.
Pengertian Pembinaan
Menurut
Sudjana (2004:209), Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian
profesioanal terhadap semua unsur organisasi sehingga berfunmgsi sebagaimana
mestinya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Upaya ini
menekankan pada pentingnya penggunaan jasa keahlian, pendekatan kemanusiaan dan
tanggung jawab. Pembinaan mencakup dua sub fungsi pengelolan yaitu pengawasan
dan supervisi. Kedua sub fungsi diselenggarakan secara sengaja, sistematis dan
terprogram. Keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Pengawasan dapat
diartika sebagai upaya memantau dan memperbaiki kegiatan. Di dalamnya mencakup
aktivitas menilik kegiatan yang sedang berlangsung, mengawasi peraturan yang
sedang dan harus dilaksanakan, mengidentifikasi pelaksanaan program dan
memantau penampilan para pelaksana program yang harus sesuai dengan yang telah
direncanakan.
b.
Ruang Lingkup
Supervise
dapat diartian sebagai kegiatan memberikan bantuan pelayanan teknis kepada
pelaksana program, sehingga pihak yang dispervisi dapat memecahkan masalah yang
dihadapi dan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Supervise berguna untuk meningkatkan kemampuan para
pengelola dan pelaksana program , serta hasilnya dapat digunakan umutk menyusun
pedoman pelayanan professional. Prinsi-prinsip supervisi adalah sikap saling
mempercayai, hubungan horizontal, komunikatif dan pemberian bantuan.
Pembinaan
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan langsung dan pendekatan tidak
langsung. Teknik dalam pendekatan langsung adalah dialog, tanya jawab, diskusi,
rapat kerja, penataan, lokakarya dan peragaan. Sedangkan dalam pendekatan tidak
langsungteknik-teknik yang digunakan antara lain mencakup petnjuk dan pedoman
tertulis, korespodensi, serta informasi melalui media elektronika. Pendekatan
langsung dan pendekatan tidak langsung memiliki kelebihan dan kelamahan masing-masing.
c.
Prosedur Pembinaan
Proseur
pembinaan yang efektif dapat digambarkan melalui lima langkah pokok yang
berurutan. Kelima langkah itu adalah sebagai berikut:
1) Mengumpulkan Informasi
Pengmpulan
informasi dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan
pemantauan dan penelahan laporan kegiatan. Informasi yang dihimpun meliputi
kenataan atau peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kegiatan berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan.
2) Mengidentifikasi Masalah
Masalah
yang diidentifikasi adalah masalah yang yang diambil dari informasi yang telah
dikumpulkan dalam langkah pertama. Masalah tersebut muncul karena terjadi
ketidak sesuaian dngan atau penyimpangan dari kegiatan yang telah direncanakan.
3) Menganalisis Masalah
Kegiatan
analisis dilakukan untuk mengetahui penyebab masalah yang timbul. Faktor itu
mungkin dating bdari pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, fasilitas, dana,
proses, waktu, dan kondisi lingkungan.
4) Mencari dan Menetapkan Alternative Pemecahan Masalah
Dari
beberapa alternative yang ada dilakukan identifikasi guna dapat dipertimbangkan
unuk memecahkan masalah. Selanjutnya adalah menetapkan prioritas pemecahan
masalah yang dipilih dari alternative yang tersedia. Prioritas dapat ditentukan
dengan mempertimbangkan sumber-sumber pendukung yang memadai.
5) Melaksanakan Upaya Pemecahan Masalah
Dalam
melaksanakan upaya pemecahan masalah dapat dilakukan oleh pembina baik secara
lansung maupun tidak langsung. Secara langsung pelaksanaan upaya itu dilakukan
oleh pihak Pembina kepada pihak yang dibina ditempat kegiatan berlangsung.
Secara tidak langsung apabila upaya pemecahan masalah yang diputuskan oleh
pihak pembina itu dilakukan melalui pihak lain atau media tertulis.
Lima
langkah pokok pembinaan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan dan
kemampuan pihak Pembina. Perlu ditambahkan bahwa fungsi pembinaan, baik
pengawasan maupun supervise erat kaitannya dengan kegiatanpemantauan atau
monitoring.
d.
Monitoring
Monitoring
adalah upaya sistematis dan berkelanjutan untuk mengikuti pelaksanaan
dan komponen-komponen program melalui pengumpulan serta penyajian data atau
informasi yang objektif, dan nhasilnya dijadikan bahan laporan yang akan
disampaikan kepada pihak terkait dengan penyelenggaraan program pendidikan
nonformal. Tujuan utama monitoring adalah untuk menyajikan informasi tentang pelaksanaan
program sebagai umpan balik bagi para pengelola dan pelaksana program.
Langakah-langkah pokok untuk melakukan monitoring adalah menyusun rancangan
monitoring dan melaksanakan kegiatan monitoring dengan menggunakan metode,
teknik, dan instrument yang telah ditetapkan dalam menyusun rancanagn
monitoring.
e.
Pelaporan
Pelaporan
adalah kegiatan penyusunan dan penyampaian informasi yang dilakukan secara
teratur tentang komponen proses, hasil, dan pengaruh suatu kegiatan kepada
pihak yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab terhadap kelancaran dan tindak
lanjut program baik secara tertulis maupun lisan. Tujuan pelaporan adalah untuk
memberikan gambaran nyata tentang proses dan hasil kegiatan pengawasan,
supervise, dan monitoring. Pelaporan berfungsi sebagai media komunikasi,
pertanggungjawaban, dan bahan dokumnetasi.pelaporan dapat dilakukan
sewaktu-waktu dan atau secara berkala.
Fungsi pembinaan mencakup dua
sub-fungsi yaitu sub-fungsi pengawasan dan sub-fungsi supervisi. Pelaksanaan
kedua sub-fungsi ini dapat diawali atau disertai oleh kegiatan monitoring dan
diakhiri dengan pelaporan. Di pihak lain, monitoring dan pelaporan berkaitan
dengan penilaian.
5. Penilaian
/ Evaluating
a.
Pengertian Penilaian
Sudjana
(2004:247), Evaluasi diartikan sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menyajikan data atau informasi guna dijadikan masukan dalam
pengambilan keputusan. Sasaran yang dievaluasi adalah perencanaan, pelaksanaan,
hasil dan dampak program pada pendidikan non formal. Evaluasi dapat dilakukan
pula terhadap fungsi-fungsi manajemen pendidikan non formal yaitu perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, penilaian dan pengembangan.
Kaitan
antara penilaian dengan perencanaan ialah bahwa rencana dinialai untuk mengetahui
keunggulan dan kelemahannya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
kaitan antara penilaian dengan pengorganisasian ialah bahwa penilaian ditujukan
untuk mengetahui apakah organisasi telah memenuhi prinsip-prinsip
pengorganisasian yang tepat dan apakah sumber-sumber yang tersedia telah
dipadukan dengan kegiatan yang ditetapkan dalam rencana. Kaitan antara
penilaian dengan penggerakan ialah bahwa penilaian dilakukan untuk mengetahui
tinggi rendahnya disiplin dan moral kerja pelaksana serta untuk mengetahui
cara-cara motivasi yang tepat dalam mengembangkan loyalitas, partisipasi,
hubungan kemanusiaan, efisiensi dan efektivitas kerja. Kaitan antara penilaian
dengan pembinaan ialah bahwa penilaian diarahkan untuk memelihara, memperbaiki,
dan mengendalikan program atau kegiatan sesuai dengan program atau kegiatan
yang seharusnya terjadi sebagaimana telah direncanakan. Kaitan anatara
penilaian dengan pengembangan ialah bahwa penilaian diarahkan untuk mengikuti
program dan menentukan tindak lanjutnya.
b.
Tujuan Penilaian
Tujuan
penilaian program berfungsi sebagai pengarah kegiatan penilaian da sebagai
acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas kegiatan penilaian program. Sudjana
(2004 : 254), tujuan dari penilaian atau evaluasi program yaitu:
1) Memberi masukan untuk perencanaan program
2) Memberi masukan untuk keputusan tentang kelanjutan,
perluasan, dan penghentian program
3) Member masukan untuk keputusan tentang memodifikasi
program
4) Memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan
penghambat
5) Member masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi
penilaian
Setelah
mengetahui tujuan dari penilaian program yang fungsinya sebagai pengarah
kegiatan penilaian dan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas
kegiatan penilaian program selanjutnya dapat ditentukan aspek-aspek apa sajakah
yang akan dilakukan penilaian. Aspek-aspek yang dinilai dalam system pendidikan
nonformal adalah yang menyangkut masukan lingkungan, masukan sarana, masukan
mentah, proses, keluaran, masukan lain, dan pengaruh. Aspek-aspek tersebut
mencakup lingkungan sosial-budaya dan lingkungan alam yang berkaitan dengan
system pendidikan nonformal, tujuan program, kurikulum, pendidik, peserta didik
dengan karakteristik internal dan eksternal, interaksi edukasi antara peserta
didik dengan pendidik, kuantitas dan kualitas peserta didik setelah mengalami
proses pembelajaran, daya dukung lain yang memungkinkan peserta didik dapat
menerapkan hasil belajar dalam kehidupannya, dampak yang dialami peserta didik
atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan lain.Selanjutnya
aspek-aspek tersebut dinilai dengan menggunakan metode penilaian yang sudah
ditentukan.
c.
Aspek-aspek Program yang Dinilai
Menurut
Anderson (1978) dalam Sudjana
(2004:260), aspek-aspek yang dievaluasi dibedakan menjadi enam kategori.
1) Persiapan program yang terdiri atas identivikasi
kebutuhan, pemetaan konsep program, perkiraan biaya, kelayakan pelaksanaan,
proyeksi tuntutan baru dan daya dukung program.
2) Kemungkinan tindak lanjut, perluasan dan penghentian
program, kebutuhan baru, efektivitas pemenuhan kebutuhan, perkiraan akibat
sampingan program, pembiyaan, tuntutan yang munkin timbul dan daya dukung.
3) Kemungkinan modifikasi program seperti penyesuaian
tujuan, isi, konteks, kebijakan dan pendayagunaan tenaga.
4) Dukngan program dari masyarakat, kekuatan politik,
sumber biaya dan profesi.
5) Hambatan program dari masyarakat, kekuatan politik,
sumber biaya dan profesi.
6) Keilmuan dan teknologi yang mendasari program seperti
pendidikan, psikologi, fisiologi, sosial, ekonomi dan metodologi evaluasi.
d.
Metode Penilaian
Menurut Sudjana (2004:264), secara umum para evaluator program dapat
dibagi kedalam dua kategori, yaitu pertama penilaian yang berorientasi pada
penggunaan metode dan kedua berorientasi pada masalah. Penilai yang termasuk
kategori pertama biasanya telah menguasai metode penilaian, teknik analisis
atau instrument ntuk memecahkan masalah yang dihadapai. Penilai yang termasuk
kategori kedua tidak terlalu menguasai metode penilaian melainkan melakukan
penilaian dengan premis bahwa penilaian metode penilaian didasarkan atas tujuan
yang telah ditentukan
6. Pengembangan/Developing
Pengembangan
program muncul apabila keputusan yang diambil berdasarkan hasil evaluasi
menunjukkan bahwa program yang telah dilaksanakan perlu dilanjutkan dan atau
ditingkatkan penyelenggaraannya. Secara operasional, pengembangan dapat
diartikan sebagai upaya menindaklanjuti program ke tingkat program yang lebih
baik, lebih luas dan leebih kompleks. Kegiatan pengembangan program pendidikan
non formal penting diperhatikan berkenaan adanya asas pendidikan sepanjang
hayat, asas belajar sepanjang hayat dan aktivitas bertahap serta berkelanjutan.
Pengembangan pada adasarnya merupakan siklus kelanjutan dari kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, penggeraan pembinaan dan penilaian program.
Pengembangan
program dilakukan melali pendekatan partisipasi langsung dan tidak langsung.
Partisipasi lansung dapat dilaksanakan dengan bertatap muka dengan kelompok
kecil. Pendekatan ini diliputi dengan suasana keakraban ketersediaan informasi
sebagai hasil penilaian program dan adanya keinginan serta kepentingan bersama
yang dirasakan oleh para partisipan. Partisipasi tidak langsung dilakkan dalam
kelompok besar tidak melalui tatap muka karena tempat tinggal para partisipan
tersebar di berbagai wilayah.
a.
Hubungan antara pengembangan dan fungsi
lain dalam manajemen
Pengembangan
adalah fungsi keenam dari manajemen. Pengembangan dapat dilakukan apabila
sebuah program perlu pembenahan dalam kelanjutan program. Alasan-alasan mengapa dilakkan sebuah pengembangan program yaitu
: Pertama, sesuai azas pendidikan sepanjang hayat maka program pendidikan non
formal tidak merupakan kegiatan sekali tindak atau sekali selesai. Kedua, dalam
manajemen pendidikan non formal, pengembangan program merupakan rangkaian
kegiatan yang runtut dan berkesinambungan.
b.
Arti dan kegunaan pengembangan
Pengembangan
adalah upaya memperluas atau mewjudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan
secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau
lebih baik, memajkan sesuatu yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari
yang sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks. Maka, pengembangan
dalam manajemen pendidikan non formal adalah upaya memajukan program pendidikan
ini ketingkat program yang lebih sempurna, lebih luas, dan lebih kompleks.
Kegunaan
pengembangan program. Pertama, yaitu meningkatkan, menekankan segi kualitatif.
Peningkatan diarahkan untk menyempurnakan program pendidikan yang telah atau sedang
dilaksanakan menjadi program baru yang lebih baik. Hal yang ditingkatkan adalah
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pendidikan nonformal, komponen, proses dan
atau tujuan pendidikan non formal. Dengan demikian kegunaan pengembangan ialah untuk
meningkatkan mutu pengelolaan dan atau sistem pendidikan non formal. Kedua,
yaitu untk memperlas program pendidikan yang menitik beratkan pada segi
kuatitatif. Hal yang diperluas adalah jangkaan program baik jangkauan wilayah
atau jangkauan sasaran program yang bersangkutan.
c.
Pendekatan pengembangan
Pendekatan
pengembangan pada program pendidikan non formal memakai pendekatan
partisipatif. Partisipatif yaitu upaya
mengembangakan program yang dilakukan oleh pimpinan atau pengelola program
dengan mengikutsertakan semua pihak yang terlibat dan yang terkait dengan
program.
Pendekatan
partisipatif dapat dilakukan langsung mapun tidak langsung. Pada pendekatan
langsung pengelola rogram mengikut sertakan semua orang yang terlibat dalam
penyelenggaraan program pendidikan non formal. Pendekatan lansung dilakukan
dalam kelompok kecil yang bertatap muka. Sedangkan pendekatan artisipatif tidak
langsung biasanya dilakkan dalam kelompok besar dan juga dapat dilaksanakan
dalam kegiatan yang tersebar pada wilayah yang luas, sehingga setiap orang yang
terlibat tidak memungkinkan dapat bertatap muka satu dengan yang lainnya.
d.
Strategi pengembangan
Pengembangan program pendidikan sebaiknya dilakkan dengan menggunakan
fungsi-fungsi manajemen strategi. Penggunaan manajemen strategis mengandung
implikasi bahwa perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian
dan pengembangan dilakkan secara strategis. Perencanaan strategis
mencakplangkah-langkah sebagai berikut.
1) Kajian lingkungan
Bahwa
sebagai isyu yang timbul dilingkungan luar lembaga penyelenggara pendidikan non
formal sering memberikan pengaruh besar terhadap masa depan lembaga
dibandingkan dengan pengaruh isyu-isyu yang muncul dalam lembaga itu sendiri.
2) Penilaian berbagai isyu
Ini
dilakukan untuk mengetahui perbedaan perbedaan setiap isyu, menentukan
keterkaitan antara isyu satu dengan yang lain dan untuk menentukan tingkat isyu
tersebut. Dimana isyu-isyu penting dijadikan sebagai prioritas.
3) Peramalan
Menganalisis
kebutuhan dalam rangka pengembangan sesuai dengna kebutuhan yang perlu dibenahi
dari evaluasi yang telah dilakukan. Berkaitan dengan masa depan yang diharapkan
atau masa depan yang diinginkan.
4) Perumusan dan penentuan tujuan
Penenatuan
tujuan yang akan dicapai dalam pengembangan yaitu merupakan fungsi manajemen
dan atau pembenahan fungsi manajemen.
5) Implementasi
Apabila
peramalan dan penentuan tujuan telah dilakukan secara tepat, maka sebagian
besar informasi yang diperlukan untuk mewujudkan tahapan implementasi ini telah
teridentivikasi.
6) Monitoring
Monitoring
merupakan bagian integral dalam proses studi lingkungan daripada studi
lingkungan strategic. Walaupun fungsi khusus monitoring berbeda dalam kedua
proses tersebut, tujuannya adalah sama yaitu untuk memperbaharui
langkah-langkah dalam lingkungan proses tersebut.
C. Kursus dan Pelatihan
1.
Kursus
Kursus
dalam Undang – Undang Sitem pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 26 ayat 1 telah
dijelaskan bahwa “ Pendidikan Luar Sekolah diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, pelengkap pendidikan non formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat”.
Salah
satu bentuk Pendidikan Luar Sekolah yakni Kursus atau Pelatihan, seperti
ditegaskan dalam pasal 26 ayat 5 bahwa “ Kursus dan pelatihan diselenggarakan
bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan
hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja usaha
mandiri dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kursus adalah suatu lembaga kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.Dalam hal ini, program
kursus yang diselenggarakan bagi warga
belajar yang memerlukan pengembangan diri, bekerja mencari nafkah dan
melanjutkan pendidikan. Kursus terdiri atas 3 tingkat kemampuan yaitu tingkat
dasar, menengah, dan atas.
Lembaga kursus tetap memenuhi unsure
belajar mengajar seperti warga belajar, sumber belajar, program belajar, tempat
belajar, dan fasilitas belajar. Kursus umumnya diselenggarakan oleh lembaga
kemasyarakatan, yang berkembang pesat dalam jumlah lembaga penyelenggara, serta
jenis – jenis program yang mampu merespons dan mengorganisasi kebutuhan hidup
masyarakat.
Tujuan kursus adalah guna memecahkan
masalah mendesak yang dihadapi oleh manusia dari sudut pandang pendidikan,
yaitu :
a.
Pengentasan
Kemiskinan
Pengentasan
kemiskinan dari sudut pandang pendidikan adalah dengan cara menjadikan kursus
sebagai pedidikan alternative yang diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku
produktif atau sikap wiraswasta. Hal ini dapat dilihat dalam dampak peserta
didik yang mengikuti kursus model atau pengembangan diri, sebagian besar
peserta didik dalam kursus ini dapat diserap menjadi tenaga kerja sesuai dengan
bidangnya.
b.
Masalah
Pengangguran
Arah
pemecahan masalah pengangguran perlu diketahui latar belakangnya, diantaranya
perubahan struktur industry, ketidakcocokan geografis, pergeseran demografis,
tidak bisa bekerja, dan masalah pendidikan. Baik yang disebabkan kelambanan
program pendidikan, maupun penyesuaian keterampilan bekerja. Sejalan dengan
pengangguran, banyaknya masyarakat yang seringkali minim keahlian atau
keterampilan menyebabkan semakin banyak jumlah pengangguran yang dihasilkan.
c.
Peluang
Pengembangan Pribadi
Kursus
merupakan wadah mengisi waktu senggang masyarakat, baik dalam rangka
meningkatkan keterampilan, dan penyaluran hobi, maupun pengembangan diri dan
kepribadian. Dalam mengembangkan kepribadian adalah merupakan hal yang dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu. Khususnya masyarakat yang
tidak mempunyai keahlian sama sekali untuk mengisi waktu senggang maupun hanya
sekedar menjadi pembantu rumah tangga.
2. Pelatihan
Moekiyat (2005: 3) menyatakan
bahwa “ pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang
berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek dari pada teori”. Pernyataan ini didukung oleh Yoder dalam
Moekiyat (2005) yang mendefinisikan kegiatan pelatihan sebagai upaya mendidik
dalam arti sempit, terutama dilakukan dengan cara instruksi, berlatih, dan
sikap disiplin.
Pelatihan dikatakan sebagai terapi untuk meningkatkan kemampuan
warga belajar dalam menghadapi tuntutan maupun perubahan baik di lingkungan
tempat tinggal maupun di daerah lain. Melalui kegiatan pelatihan warga belajar
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga dapat
memberikan kontribusi yang tinggi. Dengan adanya pelatihan setidaknya dapat
membantu masyarakat dalam menerapkan ilmu yang telah mereka miliki.
Dengan pelatihan juga dapat menimbulkan perubahan dalam
kebiasaan-kebiasaan bekerja masyarakat, perubahan sikap terhadap pekerjaan,
serta dalam informasi dan pengetahuan yang mereka terapkan dalam pekerjaannya
sehari-hari. Kursus dan
pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem
pengembangan sumber daya manusia, yang di dalam terjadi proses perencanaan,
penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya
diupayakan agar sumber daya manusia dapat maksimal, sehingga apa yang menjadi
tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Sementara dalam Instruksi Presiden No.15 tahun 1974 dalam buku
Mustofa Kamil (2010:4), pengertian pelatihan adalah bagian pendidikan yang
menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di
luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan
dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
Goldstein dan Gressner (1988) dalam buku Mustofa Kamil (2010: 6),
memberikan definisi pelatihan yang ditekankan pada tempat dilaksanakannya
pelatihan. Mereka mendefinisikan pelatihan sebagai usaha sistematis untuk
menguasai keterampilan, peraturan, konsep ataupun cara berperilaku yang
berdampak pada peningkatan kinerja. Misalnya, untuk pelatihan berdampak pada
peningkatan kerja, setting pelatihan diusahakan semirip mungkin dengan
lingkungan kerja yang sebenarnya. Contoh lainnya, pelatihan juga bisa dilakukan
di tempat yang sangat berbeda dengan lingkungan kerja yang sebenarnya, misalnya
di ruangan kelas.
Konsep pelatihan juga diungkapkan oleh Dearden (1984) dalam buku
Mustofa Kamil (2010: 7), yang menyatakan bahwa pelatihan pada dasarnya meliputi
proses belajar mengajar dan latihan bertujuan untuk mencapai tingkatan
kompetensi tertentu atau efesiensi kerja. Sebagai hasil pelatihan, peserta
diharapkan mampu merespon dengan tepat dan sesuai dengan situasi tertentu.
Seringkali pelatihan dimaksud untuk memperbaiki kinerja yang langsung
berhubungan dengan situasinya.
Berdasarkan pada beberapa definisi pelatihan yang dikemukakan oleh
para ahli tersebut, maka dapat diketahui bahwa pelatihan merupakan satu
rangkaian kegiatan dalam upaya pengembangan sumber daya manusia melalui
pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir
berupa proses perencanaan hingga tindak lanjut. Sehingga peserta pelatihan
secara aktif mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan
tertentu terutama dalam usaha mengembangkan potensi peserta pelatihan.
a.
Tujuan
Pelatihan
Dale S. Beach (1975) dalam buku Mustofa Kamil (2010: 10)
mengemukakan, “The objective of training
is to achieve a change in the behavior of those trained” (Tujuan pelatihan
adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih).
Sementara itu dari pengertian pelatihan yang dikemukakan Edwin B. Flippo dalam
buku Mustofa kamil (2010: 10), secara lebih rinci tampak bahwa tujuan pelatihan
adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang.
Penulis lain mengemukakan bahwa tujuan pelatihan itu tidak hanya
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saja melainkan juga untuk
mengembangkan bakat. Hal ini sebagaimana yang tampak pada definisi pelatihan
yang dikemukakan oleh Michael J.Jucius dalam buku Mustofa Kamil (2010: 11) di
atas bahwa pelatihan bertujuan untuk mengembangkan bakat, keterampilan, dan kemampuan.
Atas dasar ini Moekiyat (1981) dalam buku Mustofa Kamil (2010: 11) mengatakan
bahwa tujuan umum pelatihan adalah untuk:
1) Untuk
mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih
cepat dan lebih efektif.
2) Untuk
mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara
rasional.
3) Untuk
mengembangkan sikap, sehingga dapat menimbulkan kemauan untuk bekerja sama.
Pada dasarnya pemberian pelatihan bagi masyarakat bertujuan untuk
memberdayakan, sehingga mereka jadi berdaya dan bisa turut berpartisipasi aktif
pada proses perubahan. Secara khusus dalam kaitan dengan pekerjaan, Simamora
(1995) dalam buku Mustofa Kamil (2010: 11) mengelompokkan tujuan pelatihan ke
dalam lima bidang, yaitu:
1) Memutakhirkan
keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi. Melalui pelatihan,
pelatih memastikan bahwa karyawan dapat secara efektif menggunakan
teknologi-teknologi baru.
2) Mengurangi
waktu belajar bagi karyawan untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan.
3) Membantu
memecahkan permasalahan operasional.
4) Mempersiapkan
karyawan untuk promosi, dan
5) Mengorientasikan
karyawan terhadap organisasi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan tujuan dari
pelatihan adalah membimbing dan membantu seseorang untuk memperoleh informasi,
pengetahuan dan meningkatkan keterampilan peserta pelatihan dalam rangka
meningkatkan produktifitasnya setelah mengikuti pelatihan yang dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan mendatang.
b.
Jenis-jenis
Pelatihan
J.C. Denyer (1973) dalam buku Mustofa Kamil (2010: 15) yang melihat
dari sudut siapa yang dilatih dalam konteks suatu organisasi, membedakan
pelatihan atas empat macam, yaitu:
a. Pelatihan
induksi (induction training), yaitu
pelatihan perkenalan yang biasanya diberikan kepada pegawai baru dengan tidak
memendang tingkatannya. Pelatihan induksi dapat diberikan kepada calon pegawai
lulusan SD, SLTP, SMA, SMK, kesetaraan, dan lulusan perguruan tinggi.
b. Pelatihan
kerja (job training), yaitu pelatihan yang diberikan kepada semua pegawai
dengan maksud untuk memberikan petunjuk khusus guna melaksanakan tugas-tugas
tertentu.
c. Pelatihan
supervisor (supervisory training),
yaitu pelatihan yang diberikan kepada supervisior atau pimpinan tingkat bawah.
d. Pelatihan
manajemen (management training),
yaitu pelatihan yang diberikan kepada managemen atau untuk pemegang jabatan
manajemen.
e. Pengembangan
eksekutif (executive development),
yaitu pelatihan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pejabat-pejabat
pimpinan.
F.
Hayomi
Modelling School and Personal Development
1.
Sejarah
Hayomi Modelling School
Hayomi
Modelling School berdiri tahun 1998 didirikan oleh bapak Hayomi Gunawan, kursus
tersebut berdiri karena sedang terjadi krisis moneter sehingga beliau membuka
sekolah modelling tersebut karena melihat karakter dari teman-teman model yang
hanya mengandalkan kecantikan dan ketampanan luar nya saja, akan tetapi kurang
memiliki intelegensi. Oleh karena itu pemilik menginginkan kedua komponen
tersebut sehingga menjadi entertain yang tidak hanya memiliki skill yang bagus
melainkan memiliki intelegensi atau inner beauty yang dikembangkan melalui
pengembangan karakter (personal development) yang diberikan oleh pemilik kursus
itu sendiri.
2.
Tujuan
a. Memiliki
integritas kepribadian tinggi yang meliputi skill dan intelegensi sebagai
tenaga-tenga modeling profesional di bidang entertainment
b. Dapat
memenuhi tuntutan sebagai modeling profesional guna memenuhi kebutuhan di
bidang hiburan
c. Membantu
peserta didik agar bisa memperoleh pendidikan dan pelatihan yang berkualitas
d. Membantu
peserta didik agar mudah mendapatkan pekerjaan, mampu berkarier dengan baik di
bidang entertain
3.
Profil
Lembaga
Nama Organisasi : Hayomi Modelling School and Personal
Development
Alamat : Griya
Kebraon Praja Barat RC 29 Surabaya
Penyelenggara : Hayomi Gunawan (BRAM)
Tahun Berdiri : Tahun 1998
4.
Patokan
Dikmas
a. Warga
Belajar
Terdiri dari masyarakat kalangan menengah ke atas,
karena kursus tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Warga belajar
terdiri dari anak-anak, remaja dan dewasa.
b. Sumber
Belajar
1) Bagian
Acting dan olah vokal dibimbing oleh mbak Nindi dan Anang Hanani
2) Bagian
Modelling dibimbing oleh Ayu dan Nanda
3) Bagian
personal development dipimpin olehn Hayomi Gunawan (Pemilik kursus modelling)
c. Paguyuban
Kegiatan Belajar
Penyelenggara kursus tersebut
adalah pemilik dari kursus yaitu Bapak Hayomi Gunawan
d. Pamong
Belajar
Kumpulan kelompok belajar tersebut di bagi menurut
program belajar yang ada di kursus Hayomi modelling tersebut.
e. Tempat
Belajar
Griya Kebraon Praja Barat RC 29 Surabaya, yang juga
merupakan rumah dari Bapak Hayomi Gunawan.
f. Sarana
Belajar
Di tempat kursus Hayomi Modelling
School terdapat berbagai
faslitas yang tersedia untuk menunjang proses pembelajaran meliputi :
1) Ruangan
Catwalk untuk untuk pembelajaran Modelling School.
2) Ruangan
kelas untuk pembelajaran teori
g. Dana
Belajar
Dana
belajar yang di gunakan Hayomi
Modellinh School
yaitu murni dari modal sendiri serta
modal pendaftaran peserta didik pada awal masuk. Ragi Belajar
Ragi belajar adalah
hal-hal yang mampu mempengaruhi
warga belajar untuk lebih termotivasi mengikuti pembelajaran. Kesadaran untuk
mengembangkan diri sebagai Model maupun Entertainer. Pemilik kursus banyak
memiliki relasi yang cukup banyak dan berkualitas dalam bidang entertaint
sehingga memungkinkan para peserta didik maupun alumni dapat menyalurkan bakat
dengan relasi tersebut.
h. Program
Kegiatan Belajar
1) Modelling
School
2) Personal
Development
3) Olah
Vokal
i.
Hasil Belajar
Di
dalam lembaga kursus ini, warga belajarnya memperoleh materi-materi yang sesuai
dengan vokasi yang di ambil sehingga melahirkan peserta didik yang membanggakan
dan berkualitas, yang terbukti dengan adanya beberapa peserta didik yang
menggeluti berbagai bidang di dunia entertaint. Contohnya Fay Nabila, Titis
Saputra dan Maria Idol.
G.
Kerangka
Berpikir
|
Proses
Perencanaan
Pengorganisasian
Moitvasi
Pengawasan
|
|
Manajer, tutor,
kurikulum, fasilitas.
|
|
EVALUSI dan PENGEMBANAGAN
|
|
OUPUT
WB
integritas kepribadian tinggi yang meliputi skill dan intelegensi sebagai
tenaga-tenga modeling profesional di bidang entertainment.
WB
mampu memenuhi tuntutan sebagai modeling profesional guna memenuhi
kebutuhan di bidang hiburan.
|
|
INPUT
SDM Yaitu
Manajer,
Tutor dan Peserta Didik
Non-SDM Yaitu
Sarana
prasarana, fasilitas, ruang belajar dan kurikulum
|
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Pendekatan
Penelitian
Terkait dengan judul dan permasalahan
yang diangkat maka penelitian ini berkisar pada penerapan manajemen dan
faktor-faktor penghambat dan pendukung yang ada di dalam lembaga kursus dan
pelatihan. Untuk itu penelitian ini akan mendeskripsikan seberapa efektif dan
efisien penerapan manajemen Pendidikan Luar Sekolah yang ada di dalam lembaga kursus
dan pelatihan Hayomi modeling School and Personal Development. Untuk mengungkap
dan mendeskripsikan penerapan manajemen disunakan pendekatan kualitatif.
Moleong
(2005:4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.
Alasan
penggunaan pendekatan kualitatif adalah pendekatan kualitatif lebih mudah
dihadapkan pada kenyataan, menyajikan secara langsung hubungan peneliti dengan
subyek penelitian, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Alasan
tersebut juga didukung dengan karakteristik pendekatan kualitatif yang sesuai
dengan judul penelitian yang diambil, adapun karakteristik tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Permasalahan Masa Kini
Penelitian kualitatif
mengarahkan kegiatannya secara dekat pada masalah kekinian (current
event).Kepentingan pokoknya diletakkan pada peristiwa nyata dalam dunia
aslinya, bukan sekedar pada laporan yang ada. Subjek peristiwa yang diteliti
adalah subjek masa kini dan bukan subjek masa lampau seperti dalam kebanyakan
riset historis.
2.
Memusatkan pada Deskripsi
Data
yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih
daripada sekedar angka atau frekuensi.Peneliti menekankan catatan yang menggambarkan
situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data.
3. Peneliti
sebagai Alat Utama Riset (Human Instrument)
Walaupun
berbagai alat pengumpulan data yang biasa kita kenal ada kemungkinan untuk digunakan,
namun alat penelitian utamanya adalah peneliti sendiri.Perlu ada keyakinan bahwa
hanya manusia yang mampu menggapai dan menilai makna dari berbagai interaksi. Ini
berarti bahwa penelitilah yang memaknai data, menganalisis, mensintesis, dan
kemudian menginterpretasi data, dan bukannya melalui alat bantu atau instrumen.
4. Purposive
Sampling
Purposive
Sampling berarti bahwa pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif tidak
dimaksudkan untuk mewakili populasi, melainkan untuk mewakili informasi
berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu.
5. Lebih
Mementingkan Proses dari pada Produk
Hal
ini dimaksudkan bahwa penelitian kualitatif menekankan pada proses penelitian
dan proses suatu gejala. Sementara produk akan mengikuti bagaimana proses berjalan.
Sebagai contoh, penelitian terhadap proses belajar-mengajar yang tekanannya
adalah proses, dan tentunya akan berakibat pada hasil atau produk.
6. Makna
sebagai Perhatian Utama Riset
Dalam mengumpulkan
beragam informasi, peneliti memperhatikan proses bagaimana sesuatu terjadi,
karena makna mengenai sesuatu sangat ditentukan oleh proses bagaimana sesuatu
itu terjadi. Jika dalam penelitian kuantitatif dituntut untuk tidak melebihi
fakta dan mencari hubungan kausalitas, maka dalam penelitian kualitatif
dituntut untuk mencari makna di balik fakta. Itu artinya, penelitian kualitatif
tidak hanya berhenti pada fakta, melainkan dilanjutkan pada pencarian makna di
balik fakta tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif. Peneliti mengamati dan mendalami selama implementasi
manajemen baik proses dan faktor-faktor pendukung maupun penghambat yang
menjadi faktor penentu keberhasilan program.
B.
Fokus
Penelitian
Subjek
penelitian merupakan subjek yang menjadi sasaran penelitian yang dapat
dijadikan sebagai sumber data (Arikunto, 2002:108). Adapun yang menjadi subjek
penelitian antara lain :
1.
Manajer atau pengelola selaku pemilik
lembaga kursus dan pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development
dan sekaligus pengelolanya.
2.
Tutor sebagai tenaga pendidik pada lembaga
kursus dan pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development.
3.
Peserta
didik “Lembaga
Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development” sebagai pelaku yang
mengikuti program kursus dan pelatihan guna
meningkatkan skill dan pengembangan diri. Yang bertujuan untuk mengetahui dampak dari mengikuti pelatihan dari
mengikuti program-program di Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi
Modelling School and Personal Development.
C. Lokasi
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga
Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development di
Kebraon Praja Barat Surabaya. Alasannya adalah karena dalam skripsi-skripsi
sebelunya belum ada penelitian yang membahas manajemen kursus model dan
pengembangan diri dan ada lembaga pendidikan non formal yang menggunkan
manajemen formal sehingga menghambat atau menjadi penyebab kegagalan
pengelolaan lembaga.
D. Deskripsi
Subyek Penelitian
1.
Data
Primer
Data
primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian
perorangan, kelompok, atau organisasi. Data primer bisa disebut juga denga data
pokok. Data primer pada penelitian ini diperoleh, dari observasi dan wawancara
dengan pemilik Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and
Personal Development di Kebraon Praja Barat Surabaya.
2.
Data
Sekunder
Sedangkan menurut Ruslan, data sekunder
adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi melalui publikasi dan
informasi yang telah dikeluarkan di berbagai oragnisasi atau perusahaan. Data
sekunder pada penelitian ini diperoleh dari buku profil yang dimiliki Lembaga
Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development di
Kebraon Praja Barat Surabaya.
E.
Teknik
Pengumpulan Data
Metode yang digunakan
dalampenelitian ini adalah teknik observasi, teknik dokumentasi, dan teknik
wawancara.
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari-hari pada subjek yang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dalam observasi partisipan ini
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna atau kesimpulan yang menunjukan maksuddari setiap perilaku yang
nampak.
Menurut Susan
Stainback (dalam Sugiyono 2010: 227) “In participant observation, the
researcher observs what people do, listen to what the say, and participates in
their activities” Dalam observasi partisipatif, penelitf mengamati apa yang
dikegakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktifitas mereka.
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini
digunakan melalui cara Observasi partisipatif (secara langsung). Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan observasi langsung yaitu pengamatan secara
langsung dengan berpedoman pada pedoman observasi terhadap gejala-gejala subyek
yang diteliti. Subyek yang dimaksud adalah implementasi fungsi-fungsi manajemen
dan faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam tercapainya keberhasilan
mencapai tujuan. Alasannya adalah, peneliti merupakan komponen utama dalam
penelitian sehingga penting untuk terjun secara langsung agar dapat mengenali
kondisi lapangan dan mengumpulkan data-data yang diperlukan secara cepat dan
tepat. Langkah-langkahnya yaitu:
a. Menyiapkan
instrument penelitian
b.
Menentukan waktu observasi
c.
Melakukan observasi
d.
Mencatat hasil
2.
Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu.
Lincoln
dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan
wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono, 2010:
235) yaitu:
a. Menetapkan
kepada siapa, wawancara akan dilakukan.
b. Menyiapkan
pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
c. Mengawali
atau membuka alur wawancara.
d. Melangsungkan
alur wawancara.
e. Mengkonfirmasikan
ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
f. Menuliskan
hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
g. Mengidentifikasi
tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
Teknik
pengumplan data dengan wawancara digunakan untuk memperoleh data-data atau
informasi dari pemilik lembaga dan peserta didik untuk mengumpulkan data:
a.
Untuk mengumpulkan data tentang penerapan
manajemen dalam lembaga kursus
b.
Mengumpulkan data faktor pemghambat dan
pendorong dalam mencapai tujuan lembaga kursus.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan
sebagainya. (Arikunto, 2002:206). Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan
data yang sudah ada yaitu dengan dipelajari dan dicatat apa yang diperlukan
oleh peneliti. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk merekam
data yang dapat gunakan sebagai buktir tertulis maupun gambar, melalui dokumen
pribadi maupun dokumen resmi mengenai penerapan manajemen kursrus dan pelatihan
pada Hayomi Modelling and Pessonal Development.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain, (Bogdan dalam
Sugiyono, 2010: 244).
Dalam penelitian kualitatif, analisis data
dilakukan sejak sebelum terjun ke lapangan sampai selesainya penelitian di
lapangan yang dilakukan dengan cara seksama dan teliti. Proses analisis data
dimulai dengan mempelajari semua data yang diperoleh melalui pengamatan,
wawancara maupun dari studi dokumenter. Data yang telah dikumpulkan ini
merupakan data mentah yang selanjutnya diolah untuk dapat ditransfer ke dalam
laporan penelitian.
Setelah seluruh data dikaji,
selanjutnya selanjutnya dilakukan reduksi data dengan membuat abstraksi yang
memuat rangkuman hal-hal yang bersifat inti, melakukan sistematisasi, dan
menjaga agar data dan informasi penting tidak hilang atau terbuang.Dengan
demikian diharapkan dapat memberi gambaran yang jelas mengenai hasil
penelitian. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan selama proses
pengumpulan data karena dalam penelitian kualitatif analisis data lebih
difokuskan selama proses kegiatan dilapangan bersama dengan pengumpulan data
dan setelah pengumpulan data dalam periode tertentu, (Sugiono, 2010:246).
Teknik anasis data tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Koleksi
Data
Koleksi
data yaitu proses pengumpulan data dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi yang mana data tersebut diperoleh dari subjek penelitian maupun
sumber informasi. Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam proses pengolahan
data. Untuk mengkoleksi data, peneliti teijun langsung ke lapangan untuk
memperoleh data-data atau informasi dari subjek penelitian maupun sumber
informasi melalui observasi dan wawancara serta mencari dokumentasi hasil
penelitian. Hasil dari koleksi data ini kemudian diolah oleh peneliti untuk
kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.
2. Reduksi
data
Reduksi data merupakan proses pemilahan pemusatan
data yang bersifat umum dan penting yang diperoleh di lapangan. Dengan data
yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang jelas tentang data itu.
Dalam penelitian ini reduksi data dilaksanakan
dengan cara :
a. Membuat
ringkasan kontak
Selama proses pengumpulan data, semua
data yang berhasil dikumpulkan dibaca dan dipahami, selanjutnya data-data itu
dituangkan dalam bentuk ringkasan. Ringkasan kontak berisi uraian singkat hasil
penelaahan melalui ringkasan-ringkasan singkat terhadap data yang telah
berhasil dikumpulkan di lapangan.
b. Pengkodean
kategori
Data-data yang telah berhasil dikumpulkan
selanjutnya ditelaah kembali dimaksudkan untuk mengidentifikasi semua topik
yang disajikan berdasarkan fokus penelitian.Topik yang telah ditelaah kemudian
dikodekan sesuai dengan satuan topik yang bertujuan untuk mengorganisasi data
kedalam suatu deskripsi topik yang lebih sistematis.
c. Membuat
catatan refleksi
Setelah pengkodean dilakukan, semua
catatan yang diperoleh kemudian dibaca kembali, digolongkan untuk menentukan
satuan- satuan data yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam atas data yang telah dikumpulkan.
d. Pemilahan
data
Pada teknik ini peneliti melakukan
penelaahan terhadap seluruh data yang diperoleh dari berbagai metode
pengumpulan data dan berbagai sumber data kemudian peneliti berusaha membuat
kesimpulan mengenai proses dan pertanyaan pada setiap komponen penelitian.
3.
Display Data
Menurut
Milles dan Huberman dalam Riyanto (2007:33), “Display data merupakan proses
menampilkan data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif,
table, matrik, dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulan dapat
dikuasai oleh peneliti sebagai dasar mengambil kesimpulan yang tepat.
4.
Verifikasi Data
Sejak
awal pengumpulan data, peneliti harus membuat simpulan- simpulan
sementara.Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut harus di cek kembali
(diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti untuk selanjutnya
dibuat simpulan yang sesungguhnya. Verifikasi data yaitu melakukan pencarian
makna dari kata-kata yang dikumpulkan secara lebih teliti. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara mencari pola, tema, bentuk, hubungan persamaan dan
perbedaan, faktor- faktor yang mempengaruhi dan sebagainya.
Kesimpulan yang telah dibuat sebelumnya yang masih
bersifat sementara akan berubah bila ditemukan bukti-bukti pendukung yang kuat
pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Kesimpulan awal yang didukung
bukti-bukti valid dan konsisten ketika peneliti teijun ke lapangan dalam rangka
pengumpulan data, maka kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang kredibel.
Hasil dari verifikasi adalah kesimpulan secara utuh, menyeluruh dan akurat.
G. Kriteria
Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2010: 366) dalam proposal
perlu dikemukakan rencana uji keabsahan data yang akan dilakukan. Uji keabsahan
data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas (Validity internal),
uji transferability (Validitas eksternal), uji dependability (Reliabilitas),
dan uji confirmability (Obyektivitasi).
1.
Uji
kredibilitas (Validity internal)
Uji kredibilitas atau
kepercayaan terdapat data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan
dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
triangulasi, diskusi dengan sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
Dalam uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil, penelitian ini
menggunakan triangulasi.
Menurut Wiliam Wiersma dalam
Sugiyono (2010: 372) Triangulation is
qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according
to the convergence of multiple data sources or multiple data collection
procedures. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
triangulasi waktu.
a.
Triangulasi
Sumber
Triangulasi sumber untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini peneliti menguji
kredibilitas tentang penerapan manajemen pendidikan non formal pada lembaga
kursus dan pelatihan hayomi modelling school and personal development. Maka
pengumpulan dan penguji data ini dapat diperoleh tutor atau tenaga pendidik,
tim penyelenggara program, peserta didik yang di bandingkan dan mengecek ulang
derajat kepercayaan data yang diperoleh dengan menggunakan sumber lain atau
informan yang berbeda agar data yang diperoleh menjadi lebih valid.
b.
Triangulasi
Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Peneliti
memperoleh data dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi,
atau kuesioner.
c. Triangulasi Waktu
Trianggulasi waktu untuk menguji data yang dilakukan dengan cara
menanyakan pertanyaan pada waktu yang berbeda. Karena waktu juga sering mempengaruhi
kredibilitas data.
d.
Member
Checks
Mengecek kesesuaian rekaman informasi/ data, intepretasi dan
simpulan-simpulan hasil penelitian dengan jalan meminta kepada peserta
pelatihan, instruktur pelatihan, penyelenggara pelatihan untuk mereviu kembali
dan mengecek kebenarannya.
2.
Uji
Transferability (Validitas eksternal)
Dalam uji transferability,
peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,
sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas
atas hasil penelitian tersebut, sehingga mudah memutuskan dapat atau tidaknya
untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.
Menurut Sanafiah Faisal dalam
Sugiyono (2010: 337) Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang
sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan
(transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar transferability.
3.
Uji
Konfirmabilitas (Obyektivitasi).s
Konfirmabilitas
adalah kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian dengan penelusuran dan
pelacakan catatan/ rekaman data lapangan dan koherensinya dalam interpretasi
dan simpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh auditor.
4.
Uji
Dependability (Realibilitas)
Dalam penelitian
kualitatif, uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Menurut Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010:
337) “jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukakan “jejak aktivitas
lapangannya” maka depenability penelitiannya patut diragukan”. Peneliti
menunjukkan hasil-hasil catatan, rekaman, hasil wawancara, data dokumentasi
yang diperoleh selama penelitian.
Daftar Pustaka
Sudjana,
Djudju. 2004. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan
Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Falah
Production.
Brantas,
Drs. 2009. Dasar-dasar Manajemen. Bandung
: Alfabeta.
Jusuf,
Soelaiman. 1992. Konsep Dasar Pendidikan
Luar Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara
Sudjana,
Djudju. 2006. Evaluasi Pendidikan Luar
Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiono, dkk. 2004. Pengantar
Ilmu Pendidikan. Surabaya : Unesa University Press
UU No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara
Riyanto,
Yatim. 2007. Metodologi Penelitian
Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya: Unesa University Press
Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa
(Dari Teori Hingga Aplikasi). Jakarta: PT Bumi Aksara
Moleong,
L.J. 2005. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Kamil,
Mustofa. 2010. Model Pendidikan dan
Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung : ALFABETA
Moekijat.
2005. Evaluasi Pelatihan Dalam Rangka
Peningkatan Produktivitas. Bandung : Mandar Maju
Sugiyono.
2010. Metode Penelitian Kuantitatif
kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA
Arikunto,
Suharsimi. 1998. Metode Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Langganan:
Komentar (Atom)