Selasa, 12 November 2013

Track I
Kenangan
Kenangan hangat
Ku manja dalam angan
Naungan cahaya bulan
Membelai kenangan kita

Jangan menangis sayang
Senyummu adalah keindahan
Biarkan terjaga selalu
Enyah itu yang ku ingin

you always in my head
scented body that I want
and kiss your lips again
hold you, forever

Aku belajar untuk mencintai
Tapi semua hanya angan
Angan untuk mendekapmu lagi
Hanya itu yang ku mau

Biar Tuhan menuntun
Jalan terbaik rasa ini
Memelukmu, menjagamu
Alasan aku hidup.



Kamis, 31 Oktober 2013

Music Studio



Poduk dan Biaya Investasi

Rincian Dana Membuat Sebuah Studio Musik

No
Perlengkapan Studio
Harga

1
Sewa Tempat/Tahun
12000000

2
AC
2500000

3
Drum 1 Set
3500000

4
Gitar Rythm 1 @ 1500000
1500000

5
Gitar Melodi 1 @ 2000000
2000000

6
Gitar Bass 1 @ 1700000
1700000

7
Amplifier Gitar 2 @ 2500000
5000000

8
Amplifier Bass 1 @ 2500000
2500000

9
Amplifier Vocal
1000000

10
Mic 1 @ 100000
100000

11
Efek Distortion 2 @ 500000
1000000

12
Jack & Kabel Audio
200000

13
Peredam
2000000

14
Karpet
1500000

15
Stand Mic 1 @ 150000
150000

16
Stand Gitar 3 @ 150000
450000

Total Harga
37100000




Biaya Variabel

Rincian Dana Pengeluaran Per Bulan

No
Item
Jumlah

1
Listrik/Bulan
250000

2
Promosi
200000

3
Biaya Tak Terduga
100000

Total
550000





Ekspektasi Omzet Minimum
Minimal Studio Sehari di Pakai 7 Jam @ Rp 20.000
No
Item
Omzet/Hari
Omzet/Bulan
Omzet/Tahun
1
Rental Studio
140000
4200000
50400000

Selasa, 29 Oktober 2013

Proposal Manajemen PLS


BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang terus berupaya menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk menuju terwujudnya bangsa yang mandiri dan mempunyai daya saing tinggi. Pendidikan yang baik akan memberikan peranan yang sangat penting dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang nantinya akan memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan negara. Upaya pendidikan dalam mewujudkan bangsa yang mandiri tidak terlepas dari sistem pendidikan yang telah ditetapkan di Indonesia. Seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) pasal 13 ayat (1), “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”. Subsistem pertama disebut pula pendidikan sekolah, sedangkan subsistem pendidikan nonformal dan informal berada dalam cakupan pendidikan luar sekolah.
Phillips H. Combs dalam Joesoef (1992:50), mengemukakan bahwa pendidikan non formal adalah : “Setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksud untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar”.

Satuan-satuan pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan usia dini, pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang diselenggarakan dilembaga kursus, majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis. Pendidikan keterampilan dan pelatihan adalah suatu bagian pendidikan non formal yang merupakaan proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Pendidikan kursus dan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pembangunan nasional, yang di dalam terjadi proses pembelajaran sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia.
         Setiap program pendidikan baik formal, informal dan non formal pasti dibutuhkan manajemen yang baik guna menunjang pelaksanaan program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Begitu juga satuan-satuan pendidikan non formal jika ingin tujuannya tercapai seorang manajer harus membuat manajemen yang baik karena manajemen yang baik adalah kunci sukses keberhasilan program.
          Menurut Sudjana (2004), manajemen adalah semua kegiatan yang diselenggarakan oleh seseorang atau lebih dalam suatu organisasi/lembaga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi/lembaga. Arti dari semua kegiatan dari pengertian manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengembangan yang disebut sebagai fungsi-fungsi manajemen.

         Untuk  mencapai tujuan yang sesuai harapan dalam lembaga-lembaga pendidikan non formal dibutuhkan manajemen yang fleksibel, dimana manajemen lembaga dibuat berdasarkan kebutuhan sasaran peserta didik / bottom-up. Tapi kenyataannya banyak lembaga-lembaga pendidikan non formal yang kurang memperhatikan manajemennya sehingga menjadikan lembaga tersebut kualitasnya kurang bagus atau bahkan gagal. Manajemen yang gagal dikarenakan manajer atau pengelola lembaga membuat manajemen yang bersifat top down dimana manajemen dibuat bukan berdasarkan kebutuhan peserta didik tapi berdasarkan apa yang menurutnya manajer baik yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan peserta didik. Kegagalan dalam mengelola lembaga juga dikarenakan manajer bukan lulusan pendidikan non formal atau tidak mengetahui hakikat pendidikan non formal sehingga tidak memahami manajemen dalam satuan-satuan lembaga non formal.
         Hayomi Modelling School and Personal Development yang berlokasi di Praja Barat Surabaya adalah salah satu lembaga kursus dan pelatihan guna menambah atau mengganti pembelajaran pengembangan diri yang belum ada di dalam pendidikan formal. Di dalam Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development terdapat manajemen yang digunakan sebagi pedoman dalam proses pelaksanaannya. Untuk mencapai hasil sesuai tujuan dibutuhkan manajemen yang baik dan mampu dilaksanakan sesuai ketentuan perencanaan yang telah ditetapkan. Dalam lembaga ini walaupun mempunyai manajemen yang baik tapi masih banyak kendala dalam pelaksanaanya sehingga apa yang telah dilaksanakan tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Kendala ini dikarenakan factor-faktor penghambat yang muncul dan menjadi penghalang dalam pelaksanaan program sehingga tujuan tidak sesuai dengan harapan. Untuk mengetahui optimalisasi manajemen yang digunakan dapat dilihat dari pelaksanaan manajemen Pendidikan Luar Sekolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development dalam memadukan antara sumber daya manusia dan sumber daya non-manusia dan apakah faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam implementasi manajemen Pendidikan Luar Sekolah di lembaga tersebut. Karena manajemen yang baik adalah kunci keberhasilan program dalam mencapai tujuan.
         Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Manajemen Pendidikan Luar Sekolah Pada Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development di Kebraon Praja Barat Surabaya”.
B.     Rumusan Masalah
         Dari pemaparan latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah yakni :
1.      Bagaimana Optimalisasi Pelaksanaan Manajemen Pendidian Luar Sekolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development di Kebraon Praja Barat Surabaya?
2.      Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam Implementasi Manajemen Pendidian Luar Sekolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development di Kebraon Praja Barat Surabaya?
C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui Optimalisasi Pelaksanaan Manajemen Pendidian Luar Seolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development di Kebraon Praja Barat Surabaya.
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam Implementasi Manajemen Pendidian Luar Sekolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development di Kebraon Praja Barat Surabaya.
D.    Manfaat Penelitian
         Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta penelitian di jurusan PLS. Dengan adanya penelitian ini akan didapat berbagai manfaat positif bagi :
1.        Bagi peneliti
a.       Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai Optimalsisasi Manajemen Pendidian Luar Sekolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan.
b.      Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam Manajemen Pendidian Luar Sekolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan.
2.      Bagi Lembaga Kursus dan pelatihan
a.       Hasil penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai evaluasi dan pengembangan dalam lembaga kursus dan pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development.
b.      Mendukung keberhasilan program pembelajaran dan meningkatkan kredibilitas lembaga kursus dan pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development.
3.      Bagi Jurusan Pendidian Luar Sekolah
Manfaat penelitian ini bagi jurusan Pendidian Luar Sekolah adalah akan semakin memperkaya informasi dan literatur mengenai Optimalsiasi Manajemen Pendidian Luar Seolah pada Lembaga Kursus dan Pelatihan.
E.     Definisi Operasional
Untuk memperjelas penelitian perlu digunakan definisi operasional agar penelitian ini menjadi terarah dengan baik. Adapun definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Manajemen Pendidikan Luar Sekolah
Manajemen atau sering disebut sebagai pengelolaan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan pengembangan yang digunakan pada lembaga atau organisasi sebagai acuan dalam pelaksanaan program. Sedangkan Pendidikan Luar Sekolah adalah  proses belajar yang terjadi secara terorganisasikan diluar sistem persekolahan atau pendidikan formal, dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula. Baik buruknya manajemen yang diimplementasikan akan sangat mempengaruhi pada keberhasilan lembaga. Pada manajemen Pendidikan Luar Sekolah dibutuhkan manajemen yang berbeda dengan pendidikan formal, dimana manajemen Pendidikan Luar Sekolah harus fleksibel yaitu manajemen dibuat atau disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (bottom up). Namun faktanya, banyak lembaga yang telah menerapkan manajemen Pendidikan Non Formal tapi secara sadar lembaga tersebut belum mengetahui bahwa yang digunakan adalah manajemen Pendidikan Luar Sekolah juga terkadang lembaga Pendidikan Non Formal menyamakan manajemen nonformal dengan formal yang sebenarnya sangat-sangatlah berbeda dalam perencanaan dan pengimplementasiannya.   
2.      Lembaga Kursus dan Pelatihan
         Lembaga kursus dan pelatihan adalah salah satu satuan pendidikan non formal yang membantu individu untuk mengembangkan diri diluar jalur pendidikan formal. Pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori. Kursus modelling and personal development adalah lembaga Pendidikan Nonformal yang menangani dan memberikan wadah bagi masyarakat dalam meningkatkan dan memberikan pengetahuan ataupun ketrampilan dalam dunia hibran dan pengembangan diri. Keberhasilan dalam lembaga tersebut berhasil karena mempunyai manajemen yang baik terbukti dari banyak peserta didik yang berhasil setelah mengikuti program kursus dilembaga tersebut.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Manajemen Pendidikan Luar Sekolah
1.      Pengertian Manajemen Pendidikan Luar Sekolah
         Menurut Sudjana (2004:1), tiga istilah penting dalam pengertian Manajemen Program Pendidikan Luar Sekolah yaitu Manajemen, Program dan Pendidikan Luar Sekolah. Manajemen sendiri mengandung arti semua kegiatan yang diselenggarakan oleh seseorang atau lebih, dalam suatu kelompok  atau organisasi/lembaga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi /lembaga. Program dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok yang memuat komponen – komponen program. Komponen itu meliputi tujuan, sasaran, isi dan jenis kegiatan, proses kegiatan waktu, fasilitas, biaya dan organisasi penyelenggaraan. Pendidikan luar sekolah adalah adalah  belajar terjadi secara terorganisasikan diluar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar yang dimaksudkan untuk melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula.
a.      Manajemen
         Manajemen menjadi faktor sangat penting dalam kegiatan lembaga untuk mencapai tujuan yang di inginkan agar tercapai hasil yang efisien dan memuaskan. Jadi, manajemen ini sangat penting karena di samping bersifat pengetahuan juga merupakan keahlian dari manajer atau pemimpin dalam memecahkan masalah-masalah organisasi melalui mekanisme sistem yang dapat dipergunakan.
         Menurut Brantas (2009:4) Manajemen adalah suatu prosesn atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan ata pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

         Berbagai tugas manajemen itu sendiri di jelaskan lebih lanjut  dalam fungsi manajemen. Fungsi manajemen ini dapat berbeda pada tiap perusahaan tergantung dari penggunaannya. Namun yang utama terdiri dari Planning, Organizing, Actuating dan Controlling yang sering disingkat menjadi POAC. Walaupun berbeda-beda, tujuan manajemen dalam suatu organisasi atau lembaga selalu sama yaitu mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
b.      Program
         Menurut Sudjana (2004:1) program dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok dalam organisasi atau lembaga yang memuat komponen-komponen program. Komponen-komponen itu meliputi tujuan, sasaran, isi dan jenis kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat, biaya dan organisasi penyelenggara.
1)      Tujuan adalah harapan yang ingin dicapai setelah terselenggaranya suatu program.
2)      Sasaran adalah warga belajar atau peserta didik yang akan mmengikti program tersebut.
3)      Proses kegiatan yaitu pelaksanan kegitan dalam mencapai tujuan dengan aturan yang telah ditetapkan sebelumnya.
4)      Alat, biaya dan fasilitas adalah sumber daya pendukung yang dikelola sedemikian rupa untuk mencapai tujuan dari diselenggarakannya program.
c.       Pendidikan Luar Sekolah
         Menurut Philip H.Combs dalam Joesoef (1992: 50), menyatakan bahwa Pendidikan Luar Sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan yang dilaksanakan atau dijalankan diluar pendidikan formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.
         Sedangkan menurut Trisnamansyah (2008: 24), menyatakan bahwa dari segi praktek pendidikan non formal adalah pembuatan pendidikan yang melibatkan tiga komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik, dan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan selain mengacu pada aspek-aspek normatif kehidupan juga memperhatikan kebutuhan peserta didik yaitu kebutuhan belajar yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya. Dengan demikian tujuan pendidikan diwarnai oleh karakteristik peserta didik khususnya kebutuhan belajarnya.
         Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar prosedur pendidikan formal yang teratur dan cenderung ketat, sedangkan pendidikan non formal lebih bersifat fleksibel menyesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada.
         Pendidikan luar sekolah memiliki fungsi sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap dari pendidikan formal, salah satu fungsinya adalah memberikan pendidikan pelatihan yang dilaksanakan baik dilembagakan maupun tidak dilembagakan.
1)      Ciri-Ciri Pendidikan Luar Sekolah
         Menurut Joesoef (1992: 54), ciri-ciri pendidikan luar sekolah antara lain sebagai berikut:
a)    Pendidikan luar sekolah sebagai pelengkap bentuk-bentuk pendidikan formal.
b)   Tanggung jawab lembaga pendidikan luar sekolah dibagi oleh pengawasan umum atau masyarakat, pengawasan pribadi atau kombinasi dari keduanya.
c)    Beberapa bentuk pendidikan luar sekolah ditandai untuk mancapai bermacam-macam tujuan.
d)   Metode pengajaran dari tatap muka, penggunaan audio, televisi, unit latihan keliling, demonstrasi, kursus, alat bantu visual.
e)    Penekanan pada program teori dan praktek secara relative.
f)    Kesuksesan pembelajaran pendidikan luar sekolah dapat membawa peningkatan ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan pendapatan peserta.
g)   Pendidikan luar sekolah mempunyai dampak pada produksi ekonomi dan perubahan sosial dalam waktu singkat.
h)   Sebagian besar program pendidikan luar sekolah dilaksanakan oleh remaja dan orang dewasa secara terbatas pada kehidupan dan pekerjaan.
i)     Peran pendidikan  luar sekolah mencakup pengetahuan, keterampilan dan pengaruh pada nila-nilai program.
j)     Dengan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang pelaksanaannya lebih menekankanpada keterampilan dan keahlian agar setelah mengikuti pendidikan peserta didik memiliki kemampuan baru, sehingga dapat merubah hidupnya menuju kehidupan yang lebih baik dari sebelumya.
2)      Jenis Pendidikan Luar Sekolah
a)    Pendidikan massa
Menurut Sudjana (2004: 58), menyatakan bahwa pendidikan massa (massa education) adalah kesempatan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat luas dengan tujuan untuk membantu masyarakat sehingga warganya memiliki kecakapan membaca, menulis, berhitung dan pengetahuan umum yang diperlukan dalam upaya peningkatan taraf hidup dan kehidupannya sebagai warga masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab.
b)   Pendidikan orang dewasa
Unesco (dalam Sudjana, 2004: 59) mendefinisikan bahwa pendidikan orang dewasa merupakan proses pendidikan yang terorganisasi dengan berbagai bahan belajar, tingkatan dan metode, baik bersifat resmi atau tidak, meliputi upaya kelanjutan atau perbaikan pendidikan yang diperoleh dari sekolah, akademik, universitas, atau magang.
c)      Pendidikan perluasan
         Pendidikan perluasan (extension education) adalah kegiatan pendidikan yang diperluas jangkauannya keluar peserta didik di kampus perguruan tinggi,  yaitu masyarakat. Kegiatan ini merupakan upaya pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi untuk melayani kebutuhan belajar masyarakat yang berkaitan dengan hasrat mereka untuk berpartisipasi aktif dalam menerapkan atau memanfaatkan penemuan baru yang dihasilkan oleh perguruan tinggi (Sudjana, 2004: 60)
         Dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan public speaking yang berlangsung di lembaga public speaking school merupakan pendidikan massa dimana pendidikan ini merupakan pendidikan tambahan pengetahuan, ketrampilan yang membuat lulusannya memiliki teknik dan strategi dalam berbicara di depan umum sehingga dapat digunakan sebagai profesi untuk mempeloleh penghasilan.
3)      Wadah Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah
         Bentuk-bentuk kegiatan pendidikan luar sekolah:
a)      Kursus
         Kursus adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Kursus tetap memenuhi unsur belajar mengajar seperti warga belajar, sumber belajar, program belajar, tempat belajar, dan fasilitas belajar.
b)      Kelompok belajar
         Kelompok belajar adalah lembaga kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu tergantung pada kebutuhan warga belajar.
c)      Pusat pemagangan
         Pusat pemagangan adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar yang merupakan pusat kegiatan kerja atau bengkel sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja.
d)     Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM)
         Pusatkegiatan belajar masyarakat (PKBM) merupakan suatu lembaga yang menyediakan pendidikan kepada masyarakat sesuai dengan apa yang diperlukan di daerah tersebut, misalnya kesetaraan, keaksaraan fungsional,dll.
e)      Keluarga
Keluarga adalah lembaga pertama dan utama yang dialami oleh seseorang dimana proses belajar yang terjadi tidak berstruktur dan pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu.
f)       Belajar sendiri
         Belajar sendiri merupakan usaha yang dilakukan oleh seorang individu untuk memperoleh pengetahuan serta pengalaman, hal itu bisa melalui buku dan literaturnya.
g)      Kegiatan-kegiatan lain
         Kegiatan ini dapat meliputi penyuluhan, seminar, dakwah, lokakarya, diskusi dan sebagainya.
         Dari beberapa wadah pendidikan luar sekolah diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan modelling and personal development masuk dalam wadah Pendidikan Luar Sekolah pada satuan kursus atau pelatihan. Jadi,manajemen Pendidikan Luar Sekolah adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan pengembangan yang disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik yang digunakan  sebagai acuan dalam pelaksanaan program pada lembaga atau organisasi.


2.      Unsur-unsur dan Tujuan Manajemen
a.      Unsur – unsur manajemen
         Manajemen merupakan sebuah subjek yang sangat penting karena mempersoalkan penetapan serta pencapai tujuan-tujuan. Menurut Brantas (2009:13), unsur – unsur manajemen dinyatakan dalam enam M, yaitu : (1). Men, tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif ; (2). Money, uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (3). Methods, cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan. (4). Materials, bahan-bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan. (5). Machines, mesin-mesin atau alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. (6). Markets, pasar untuk menjual output dan jasa yang dihasilkan. Sumber-sumber tersebut dipersatukan dan ditetapkan secara harmonis seemikian rupa. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan ketentuan bahwa segala sesuatu berlangsung dalam batas-batas waktu, usaha dan biaya yang digunakan.
b.      Tujuan Manajemen
         Konsep tujuan manajemen Pendidikan Luar Sekolah dipandang secara luas mempunhyai beberapa fungsi penting yang bervariasi menurut waktu dan keadaan. Menurut Brantas (2009:13-14) tujuan tersebut antara lain yaitu :
1)      Pedoman bagi kegiatan. Melalui penggambaran hasil akhir diwaktu yang akan datang, tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi kegiatan pengarahan dan penalutan usaha – usaha dan kegiatan – kegiatan para anggota organisasi. Dalam hal ini, fungsi tujuan memberikan arahvdan pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa yang “harus” dan “tidak harus” dilakukan.
2)      Standar pelaksanaan. Bila tujuan dinyatakan secara jelas  dan dipahami, hal ini akan memberikan standar langsung bagi penilaian pelaksanaan kegiatan organisasi. Setelah lembaga menetapkan tujuan-tujuan dan gambaran hasil akhir maka derajat kesksesan akan dapat mudah diukur.
3)      Dasar rasional pengorganisasian. Dinyatakan secara sederhana, tujuan lembaga atau organisasi merupakan suatu dasar perancangan dimana tujuan lembaga dan struktur lembaga berinteraksi dalam kegiatan-kegiatanyang diperlukan untuk pencapaian tujuan.
         Tujuan hendaknya ditetapkan secara logis, rasional, realities dan ideal berdasarkan fakta, data, kemampuan serta potensi yang dimiliki dasn tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial, agama, moral serta peraturan-peraturan pemerintah, agar tujuan lembaga yang ditatapkan bermanfaat dan mencapai tujuan yang telah ditatapkan.

B.     Fungsi-fungsi Manejemen Pendidikan Luar Sekolah
1.      Perencanaan / Planning
a.      Pengertian Perencanaan
         Sebagai fungsi pertama manajemen pendidikan non formal, perencanaan merupakan proses sistematis melalui kegiatan penyusunan dan pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang ada baik SDM ataupun Non-SDM, (Sudjana,2004:57). Disebut sebagai proses sistematis karena perencanaan dilaksanakan dengan mengunakan yang menyangkut proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan ilmiah serta tindakan atau kegiatan yang terorganisir.
         Pada hakekatnya perencanaan merupakan usaha sadar, terorganisir dan terus menerus dilakukan untuk memilih alternative yang terbaik dari sejumlah alternative tindakan guna mencapai tujuan. Perencanaan bukan kegiatan yang tersendiri melainkan merupakan suatu bagian dari proses pengambilan keputusan yang kompleks. Oleh karena itu kegiatan ini tidak akan terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan tersebut dimulai dengan perumusan tujuan, kebijakan dan sasaran secara luas yang kemudian dikembangkan pada tahapanpenerapan tujuan dan kebijakan itu dalam rencana yang lebih rinci berbentk program-program untuk dilaksanakan.
         Berdasarkan prinsip-prinsip di atas bahwa keputusan yang diambil dalam perencanaan berkaitan dengan rangkaian tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dimasa iyang akan dating. Rangkaian tindakan itu perlu dilakukan karena dua alasan, Pertama, untuk mewujudkan kemajuan atau keberhasilan sesuai yang diinginkan. Sedangkan alasan Kedua, ialah supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan dengan kondisi yang sama atau lebih rendah daripada keadaan pada saat ini.

b.      Fungsi dan Karakteristik
         Perencanaan pendidikan non formal merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pertama, upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau sumber-sumber yang dapat disediakan. Sumber-sumber itu meliputi smber daya manusia dan sumber daya non manusia. Sumber daya manusia mencakup pamong belajar, fasilitator, tutor, warga belajar, pimpinan lembaga dan masyarakat. Sedangkan sumber daya non manusia meliputi fasilitas, alat-alat, waktu, biaya, sumber daya buatan dan lingkungan sosial budaya. Kedua, perencanaan merupakan kegiatan untuk menggerakkan atau menggunakan sumber-sumber yang terbatassecara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan. Dengan perencanaan akan dapat menghindari penyimpangan-penyimpangan dalam penggunaan sumber daya.
         Sesuai pengertian di atas, menurut Sudjana (2004:59), perencanaan pendidikan non formal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Perencanaan merupakan model pengambilan keputusan secara rasional dalam memilih dan menetapkan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.
2)      Perencanaan berorientasi pada perubahan dari keadaan masa sekarang kepada suatu keadaan yang diinginkan dimasa yang akan datang sebagaimana dirumuskan dalam tujuan yang akan dicapai.
3)      Perencanaan melibatkan orang-orang ke dalam suatu proses untuk menentukan dan menemukan masa depan yang diinginkan.
4)      Perencanaan member arah mengenai bagaimana dan kapan tindakan akan diambil serta siapa pihak yang terlibat dalam tindakan atau kegiatan itu.
5)      Perencanaan melibatkan pemikiran tentang semua kegiatan yang akan dilalui atau akan dilaksanakan. Perkiraan itu meliputi kebtuhan, kemungkinan-kemungkinan keberhasilan, sumber-sumber yang digunakan, factor-faktor pendukung dan penghambat, serta kemungkinan resiko dari suatu tindakan yang akan dilakukan.
6)      Perencanaan berhubungan dengan penentuan prioritas dan urutan tindakan yang akan dilakukan. Prioritas ditetapkan berdasarkan kepentingan, relevansi dengan kebutuhan, tujuan yang akan dicapai, sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mngkin dihadapi.
7)      Perencanaan sebagai titik awal dan arahan terhadap kegiatan pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan, penilaian dan pengembangan.
         Ketujuh ciri perencanan saling berhubungan dan saling menopang antara satu dengan yang lain. Ciri-ciri tersebut perlu dijabarkan dalam rangkaian kegiatan pendidikan non formal yang akan diselenggarakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c.       Jenis-jenis perencanaan
         Perencanaan yang diterapkan dalam pendidikan nonformal dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu perencanaan alokatif dan perencanaan inofatif. Kedua jenis perencanaan ini merupakan perencanaan lintas kegiatan. Perencanaan inipun juga dapat bercorak lintas kelembagaan. Pada umumnya semua pihak yang terlibat dalam perencanaan memiliki semangat dan keinginan tinggi untuk melakukan kegiatan dalam perencanaan. Dalam Sudjana (2004:20), jenis-jenis perencanaan dibagi menjadi tiga antara lain yaitu :
1)         Perencanaan Alokatif
         Perencanaan alokatif  adalah upaya penyebaran atau pembagian sumber-sumber yang jumlahnya terbatas kepada kegiatan-kegiatan dan pihak-pihak yang akan menggunakan sumber-sumber tersebut yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan ketersediaan sumber-sumber yang akan disediakan. Perencanaan alokatif mengandung tiga ciri utama. Pertama, perencanaan dilaksanakan secara komprehensif atau menyeluruh. Ciri komperehensif tampak antara lain dalam perumusan tujuan, kegiatan, penggunaan sumber, pemantauan lingkungan, dan jenjang waktu. Kedua, adanya keseimbangan dan keserasian antara komponen-komponen kegiatan. Ciri ini memberikan gambaran bahwa masalah yang diidentifikasi, tujuan dan kegiatan yang diruskan akan didasarkan atas kesembangan semua komponen program atau kegiatan. Ciri ini  menunjukkan pentingnya keseimbangan dalam pertimbangan pihak perencana terhadap keseluruhan komponen kegiatan. Ketiga, adanya alasan fungsional untk melakukan perencanaan ciri ini menunjukkan bahwa dalam perencanaan alokatif diisyaratkan adanya proses pengambilan keputusan secara rasional sesuai dengan fungsi-fungsi lembaga, serta sesuai pula dengan tugas pokok yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
2)      Perencanaan Inovatif
         Perencanaan Inovatif  merupakan proses penyusunan rencana yang menitikberatkan perluasan fungsi dan wawasan kelembagaan untuk memecahkan permasalahan kehidupan bermasyarakat yang menjadi layanan berbagai lembaga. Perencanaan ini ditandai dengan adanya upaya mengembangkan gagasan dan kegiatan baru dalam memecahkan masalah.  Proses dalam perencanaan tidak hanya untuk menghasilkan suatu rencana melainkan untuk mewujudkan fusi diantara para perencana dari berbagai bidang kegiatan lembaga-lembaga terkait. Proses inipun berkaitan dengan kesinambungan antara perencanaan dan pelaksanaan program dalam upaya pemecahan masalah. Perencanaan inovatif sering diarahkan untuk memecahkan masalah besar yang dihadapi masyarakat. Perencanaan inovatif memiliki tiga ciri pokok yaitu, pembentukan lembaga baru, orientasi pada tindakan atau kegiatan dan penggerakan sumber-sumber yang diperlukan.
3)      Perencanaan Strategis
         Perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategi yang berfungsi untuk memahami lingkungan, menentukan tujuan-tujuan organisasi, mengidentifikasi alternative pilihan, membuat dan melaksaanakan keputusan-keputusan dan mengevaluasi penampilan kegiatan. Perencanaan strategis berupaya untuk mendayagunakan berbagai peluang baru yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Perencanaan strategis dianggap sebagai sistem terbuka dalam arti bahwa organisasi adalah dinamis dan tetap mengalami perubahan apabila organisasi itu memadukan berbagai informasi yang muncul dalam lingkungan. Perencanaan strategis lebih berorientasi pada proses yaitu perencanaan itu sendiri. Perencanaan strategis cukup rasional karena tidak memperhatikan realitas yang irasional.



2.      Pengorganisasian / Organizing
a.      Pengertian Pengorganisasian
         Sebagai fungsi yang kedua manajemen pendidikan non formal, pengorganisasian merupakan kegiatan memadukan sumber daya manusia dengan sumber daya non manusia yang diperlukan untuk menjalankan rencana yang telah disusun dan ditetapkan sebelumnya (Sudjana, 2004 : 105). Produk pengorganisasian ialah organisasi. Oleh karena sumber daya manusia adalah yang paling dominan sebagai pendorong keberhasilan sebuah tujuan, maka berbagai tipe organisasi yang hasilkan melalui pengorgaisasian berkaitan dengan pengaturan kedudukan tugas dan tanggung jawab manusia yang terlibat dalam organisasi.
b.      Karakteristik Pengorganisasian
         Menurut Sudjana (2004:107),  pengorganisasian pendidikan nonformal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Pengorganisasian berkaitan dengan upaya pemimpin atau pengeloa untuk memadukan sumber daya manusia dan non manusia yahng diperlukan.
2)      Sumber daya manusia terdiri atas orang-orang yang memenhi syarat yang ditatapkan. Persyaratan itu meliputi keahlian, kemampuan, dan kondisi fisik yang sesai dengan tuntutan organisasi serta pengembangan lingkungan.
3)      Adanya sumber daya non manusia meliputi fasilitas (gedung dan perlengkapan), alat-alat dan biaya yang tersedia atau dapat disediakan serta lingkungan fisik yang potensial.
4)      Sumber-sumber itu diintegrasikan ke dalam suatu lembaga.
5)      Dalam lembaga terdapat  pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab diantara orang-orang untuk menjalankan rangkaian kegiatan yang telah direncanakan.
6)      Rangkaian kegiatan tersebut diarahkan ntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7)      Dalam kegiatan pencapaian tujuan, smber daya manusia merupakan pemegang peran utama dan paling menentukan.
         Pengorganisasian adalah kegiatan yang membentuk oraganisasi. Organisasi ini mencakup sumber daya manusia yang akan mendayagunakan sumber daya lain untuk menjalankan kegiatan sebagaimana direncanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
c.       Hakikat Organisasi
         Satu organisasi memiliki tiga ciri, yaitu pertama, adanya pembagian tugas, kekuasaan dan tanggung jawab yang ditentukan dengan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Kedua, adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang mengendalikan dan mengarahkan semua kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Pusat kekuasaan ini pun melakukan pemantauan secara terus menerus terhadap organisasi dan apabila diperlukan, melakukan penyusunan kembali organisasi itu dengan maksud meningkatkan daya guna organisasi. Ketiga, penggantian orang-orang dilakukan atas dasar pertimbgangan daya guna dalam mencapai tujuan. Organisasipun dapat melakukan pengalihan dan peningkatan setiap orang yang terlibat didalamnya. Karena permasalahan utama yang dihadapi organisasi  adalah bagaimana menyusun pengelompoan orang-orang serasional mungkin dan mengurangi dampak sampingan yang tidak dikehendaki  sekecil apapun.
         Sebagai proses organisaisi menekankan adanya interaksi dinamis antara orang-orang yang terlibat di dalamnya. Pentingnya interaksi didasarkan atas teori dan pengalaman empirik yang menunjukkan bahwa hubungan kemanusiaan menjadi faktor yang sangat penting dan mempengaruhi kegiatan organisasi. Jadi didalam organisasi harus terjalin hubungan yang harmonis antara satu anggota dengan yang lain.
d.      Prinsip-prinsip penorganisasian
         Bentuk organisasi apapun baik tipe perilaku atau tipe mekanistik akan efektif apabila rancangan pembentukannya didasarkan atas prinsip-prinsip pengorganisasian yang tepat. Demikian pula  halnya para pengelola pendidikan non formal perlu merancang bentuk organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip pengorganisasian pendidikan nonformal. Prinsip-prinsip pengorganisasian tersebut antara lain sebagai berikut :
1)      Tujuan organisasi harus jelas. Tujuan inilah yang memberi arah terhadap kegiatan yang akan dilakukan. Tujuan inipula yang menjadi tolak ukur enilaian tentang efektifitas kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan. Tujuan organisasi harus dipahami dan diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam organisasi.
2)      Dalam organisasi harus terdapat alur lalu-lintas kekuasaan dari pemimpin kepada pihak yang dipimpin. Alur ini menunjukkan adanya kesatuan arah dan perintah dalam kegiatan berorganisasi.
3)      Terdapat tanggung jawab antara pihak yang memimpin dan yang dipimpin.
4)      Tanggung jawab dan wewenang setiap unit pelaksanaan atau staf harus dirumuskan secara tertulis dengan jelas. Didalamnya terdapat keseimbangan antara tanggung jawab dan wewenang.
5)       Organisasi adalah wahana untuk mencapai  tujuan melalui pelaksanaan tugas dan hubungan kemanusiaan yang tinggi yang ditampilkan semua pihak yang terkait dalam organisasi.
Organisasi atau lembaga mewadahi sumber daya manusia yang mampu mendayagunakan sumber-sumber non manusia dalam rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3.      Penggerakan  /  Motivating
a.      Pengertian Penggerakan
         Menurut Sudjana (2004 : 145), Penggerakan merupakan upaya pemimpin atau pengelola untuk memotivasi bawahan atau staf dengan membangkitkan semangat atau dorongan yang ada di dalam diri mereka sehingga mereka mau dan mampu melakkan kegiatanmyang direncanakan untuk mencapai tujuan. Perlu diketahui bahwa dalam kenyataanya unsure manusia dalam organisasi disuatu pihak akan dapat mendukung organisasi  dan fungsi pengelolaan sedangkan dipihak lain dapat pula menghambat kelancaran tugas organisasi dan pengelolaannya. Adanya dua kenyata ini dilatarbelakangi oleh faktor pendorong dan faktor penghambat yang timbul dari dalam dan dari luar diri manusia itu sendiri. Faktor pendorong dan penghambat ini dapat dianalisis dengan mengunakan formula SWOT (strength, weakenes, opportunity and threat) atau analisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang atau kesempatan dan tantangan.
         Sejalan dengan Hules, staton (dalam Sudjana 2004) mengemukakan bahwa dorongan itu berada dalam diri seseorang. Motive adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, danmerupakan daya (iner power) penggerak dari dalam diri untuk mencapai tujuan tertentu). Untuk menumbuhkan dorongan yang ada dalam diri seseorang hingga menjadi tingkah laku, maka orang itu perlu memahami dua hal.  Pertama, kegiatan apa yang akan dilakkan. Dalam hubunga ini seseorang hendaknya mengetahui kegiatan yang hendak dilakukan dan caara-cara untuk melaksanakan kegiatan itu. Kedua, mengapa ia perlukan kegiatan itu. Ia perlu memahami pentingknya tujuan yang akan dicapai, baik yang berkaitan dengan kepentingan dirinya maupun yang berhubungan dengan kepentingan organisasi atau lembaga.
         Singkatnya, dorongan menjadi alasan yang kuat bagi tingkah laku seseorang dalam kegiatan organisasi atau lembaga setelah orang-orang mengetahui kegiatan atau tugas yang akan dilakukan dan cara melaksanakannya, serta memahami alasan mengapa kegiatan atau tugas itu harus atau perlu dilakukan.
b.      Jenis, Fungsi dan Tujuan Penggerakan
         Jenis pengeraan dapat dipandang dari segi dasar pembentukan, sumber dan sifatnya. Dari segi dasar pembentukannya motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, pertama, motivasi bawaan yang dibawa sejak lahir seperti dorongan untuk makan dan minum ketika merasa lapar dan haus. Kedua, adalah motivasi yang dipelajari yaitu motivasi yang timbul setelah seseorang mempelajari keadaan diri sendiri atau keadaan lingkungan. Dari segi sumbernya motivasi terdiri atas motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic timbul dari setiap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan harapan yang terdapat pada diri seseorang. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang dating dari luar diri seseorang, timbul karena adanya stimulus atau rangsangan dari luar lingkungannya. Dari segi sifatnya motivasi mencakup motivasi yang member harapan, menyadarkan dan upaya paksaan.
         Fungsi motivasi sebagai pendorong, penentu arah kegiatan dan penyeleksi kegiatan atau perbuatan pihak yang dimotivasi. Sebagai pendorong mengandung arti bahwa untuk melakukan suatu tugas atau kegiatan, seseorang atau kelompok sering harus dimotivasi. Penentu arah kegiatan, motivasi dilakukan untuk menjaga dan meluruskan kegiatan yang telah ditetapkan. Penyeleksi perbuatan, motivasi ini dilakukan jika telalu banyak aktivitas yang terkadang menyebabkan seseorang sulit menentkan aktivitas mana yang harus diprioritaskan sesuai tujuan yang telah ditetapkan


c.       Aspek-aspek yang digerakan
         Aspek-aspek tersebut adalah kebutuhan, keinginan, dorongan dan kata hati. Dengan perkataan lain yang dimotivasi itu adalah potensi diri pihak yang digerakkan da nmencakup cita, rasa dan karsanya. Dorongan atau desakan yang terdapat dalam diri  manusia seperti rasa lapar dan haus merupakan otensi yang mempengaruhi dan dapat mengerakkan tingkah laku. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan oeh pimpinan atau penyelengara program untuk mengerakkan staf dan atau pelaksana program antara lain dengan mengaitkan kegiatan untuk memenuhi dorongan atau desakan tadi sehingga tujuan antara dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu upaya motivasi adalah dengan memberikan imbalan atau penghargaan terhadap kegiatan yang dapat memenuhi dorongan atau desakan tersebut.
         Perilaku seseorang dalam mewujudkan harapannya akan menunjukkan tinggi rendahnya harapan orang itu suatu harapan yang telah terpenuhi dnga baik oleh seseorang akan mendorong orang itu untuk memenuhi harapan lainnya yang lebih tinggi. Sebalinya, harapan yang tidak terpenuhi dengan baik akan menurunkan harapan orang tersebut. Dengan perkatan lain, makin tinggi keberhasilan yang dicapai pelaksanaan program akan semakin tinggi pula harapanya, serta cenderung akan makin meningkat upayanya untuk mencapai keberhasilan yang lebih baik.
d.    Langkah-langkah Pengerakan
         Pengerakan dilakukan untuk mendorong seseorang uatau kelompok sehingga mereka dapat melaksanakan kegiatan atau pekerjaan dengan berdayaberdaya guna dan hasil guna. Motivasi orang-orang dalam kelompok dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1)      Menjelaskan alasan memotivasi
2)      Memberikan pengakuan terhadap kegiatan dan orang yang dimotivasi.
         Dimana pihak yang memotivasi harus mengakui kontribusi orang yang dimotivasi terhadap kegiatan kelompok atau organisasi. Seseorang sering keluar dari kelompok atau organisasi dengan alasan bahwa ia tidak di akaui dan tidak dihargai kehadiran dan kontribusinya. Pihak yang memotivasi harus menyadari pentingnya pengakuan dan penghargaan dalam kehidupan berorganisasi.
3)      Menjelaskan dan mengkomunikasikan tujuan motivasi.
         Suatu kelompok atau organisasi yang memiliki tujuan yang jelas, pipahami, disepakati dan doterima oleh setiap orang yang terlibat didalamnya maka tujuan itu memiliki landasan kuat ntuk tercapai. Dengan demikian, kejelasan tujuan dan dipahami oleh mereka akan menjadi suatu kekuatan dalam upaya memotivasi.
4)      Menyelenggarakan pertemuan untuk merangsah pihak yang dimotivasi
         Pengerak atau motivator yang baik adalah unsure paling penting untuk keberhasilan komunikasi, pengeraklah yang menantang dan merangsang anggota kelompok. Keberhasilan motivasi adalah tanggung jawab anggota kelompok dan penggerak.
5)      Memberikan penghargaan melalui komunikasi.
         Komunikasi dilakukan dengan cara menghargai kehadiranj dan pendapat orang lain, dan bukan dengan memberikan penilaian yang merendahkan pendapat tersebut. Pembinaan komunikasi yang baiik menjadi tanggung jawab pihak yang memotivasi dan pihak yang dimotivasi. Komunikasdi akan tidak evektif apabila tumbuh kebiasaan atau “budaya” malas, tidak teratur dan sikap tidak menghargai orang lain.
6)      Mendengarkan informasi dari yang dimotivasi
         Kesunguhan dalam mendengarkan informasi akan meningkatkan motivasi. Kesunguhan tersebut akan menunjukkan penghargaan endengar terhadap pembicara dan terhadap isi pembicaraannya, walaupun mungkin ia tidak menyetujui informasi yang diterima. Selama mendengarkan isi pembicaraan, orang yang berbicarapun memperhatikan jalan pikiran orang yang mendengarkannya
7)      Melihat keadaan diri sendiri
         Terdapat hubungan yang positif antara tingkat pemahaman terhadap diri sendiri dengan tingkat pemahaman terhadap orang lain. Penampilan, rasa simpati, dan perilaku memperhatikan orang lain bermula dari pemahaman diri sendiri.
8)      Mengatasi situasi konflik
         Konflik yang terbuka dan terarah pada tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kelompok, memiliki nilai yang tinggi sedangkan konflik yang tidak ditangani secara kreatif dapat menjadi faktor yang sangat merugikan kelompok. Untuk itu, seorang pengerak atau pimpinan kelompok perlu memahami :
a)      Pandangan orang-orang terhadap konflik
b)      Keterampilan khusus untuk mengatasi konflik.
c)      Teknik-teknik untuk mempengaruhi konflik dalam kelompok
d)     Cara memepertahankan diri dalam konflik
9)      Mengurangi resiko yang mungkin timbul
         Resiko dapat dikurangi dengan tumbuhnya saling pengertian dan saling mendukung diantara anggota kelompok. Resiko juga dapat dikurangi dengan cara memahami dan mengatasi situasi konflik.
e.       Tahapan Penggerakan dalam Penyelenggaraan Program di Lapangan
         Pada penyelenggaraan program pendidikan nonformal di lapangan terdapat tiga tahapan penggerakan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan penilaian motivasi.
1)      Tahap persiapan
         Tahap persiapan adalah tahap dimana penggerak mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan motivasi.
2)      Tahap pelaksanaan
         Dalam tahap ini motivator sudah terlibat langsung dalam pelaksanaan motivasi. Waktu pelaksanaan motivasi tergantung pada keragaman kebutuhan dan masalah yang dihadapi, luas materi motivasi dan hasil serta dampak motivasi.
3)      Tahp penilaian
         Penilaian dilakukan dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data tentang motivasi untuk digunakan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan mengenai motivasi tersebut.

4.      Pembinaan / Conforming
a.      Pengertian Pembinaan
         Menurut Sudjana (2004:209), Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian profesioanal terhadap semua unsur organisasi sehingga berfunmgsi sebagaimana mestinya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Upaya ini menekankan pada pentingnya penggunaan jasa keahlian, pendekatan kemanusiaan dan tanggung jawab. Pembinaan mencakup dua sub fungsi pengelolan yaitu pengawasan dan supervisi. Kedua sub fungsi diselenggarakan secara sengaja, sistematis dan terprogram. Keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Pengawasan dapat diartika sebagai upaya memantau dan memperbaiki kegiatan. Di dalamnya mencakup aktivitas menilik kegiatan yang sedang berlangsung, mengawasi peraturan yang sedang dan harus dilaksanakan, mengidentifikasi pelaksanaan program dan memantau penampilan para pelaksana program yang harus sesuai dengan yang telah direncanakan.
b.      Ruang Lingkup
         Supervise dapat diartian sebagai kegiatan memberikan bantuan pelayanan teknis kepada pelaksana program, sehingga pihak yang dispervisi dapat memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Supervise berguna untuk meningkatkan kemampuan para pengelola dan pelaksana program , serta hasilnya dapat digunakan umutk menyusun pedoman pelayanan professional. Prinsi-prinsip supervisi adalah sikap saling mempercayai, hubungan horizontal, komunikatif dan pemberian bantuan.
         Pembinaan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung. Teknik dalam pendekatan langsung adalah dialog, tanya jawab, diskusi, rapat kerja, penataan, lokakarya dan peragaan. Sedangkan dalam pendekatan tidak langsungteknik-teknik yang digunakan antara lain mencakup petnjuk dan pedoman tertulis, korespodensi, serta informasi melalui media elektronika. Pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung memiliki kelebihan dan kelamahan masing-masing.
c.       Prosedur Pembinaan
         Proseur pembinaan yang efektif dapat digambarkan melalui lima langkah pokok yang berurutan. Kelima langkah itu adalah sebagai berikut:
1)      Mengumpulkan Informasi
         Pengmpulan informasi dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan pemantauan dan penelahan laporan kegiatan. Informasi yang dihimpun meliputi kenataan atau peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kegiatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.
2)      Mengidentifikasi Masalah
         Masalah yang diidentifikasi adalah masalah yang yang diambil dari informasi yang telah dikumpulkan dalam langkah pertama. Masalah tersebut muncul karena terjadi ketidak sesuaian dngan atau penyimpangan dari kegiatan yang telah direncanakan.
3)      Menganalisis Masalah
         Kegiatan analisis dilakukan untuk mengetahui penyebab masalah yang timbul. Faktor itu mungkin dating bdari pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, fasilitas, dana, proses, waktu, dan kondisi lingkungan.
4)      Mencari dan Menetapkan Alternative Pemecahan Masalah
         Dari beberapa alternative yang ada dilakukan identifikasi guna dapat dipertimbangkan unuk memecahkan masalah. Selanjutnya adalah menetapkan prioritas pemecahan masalah yang dipilih dari alternative yang tersedia. Prioritas dapat ditentukan dengan mempertimbangkan sumber-sumber pendukung yang memadai.
5)      Melaksanakan Upaya Pemecahan Masalah
         Dalam melaksanakan upaya pemecahan masalah dapat dilakukan oleh pembina baik secara lansung maupun tidak langsung. Secara langsung pelaksanaan upaya itu dilakukan oleh pihak Pembina kepada pihak yang dibina ditempat kegiatan berlangsung. Secara tidak langsung apabila upaya pemecahan masalah yang diputuskan oleh pihak pembina itu dilakukan melalui pihak lain atau media tertulis.
         Lima langkah pokok pembinaan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan dan kemampuan pihak Pembina. Perlu ditambahkan bahwa fungsi pembinaan, baik pengawasan maupun supervise erat kaitannya dengan kegiatanpemantauan atau monitoring.
d.      Monitoring
         Monitoring adalah upaya sistematis dan berkelanjutan untuk mengikuti pelaksanaan dan komponen-komponen program melalui pengumpulan serta penyajian data atau informasi yang objektif, dan nhasilnya dijadikan bahan laporan yang akan disampaikan kepada pihak terkait dengan penyelenggaraan program pendidikan nonformal. Tujuan utama monitoring adalah untuk menyajikan informasi tentang pelaksanaan program sebagai umpan balik bagi para pengelola dan pelaksana program. Langakah-langkah pokok untuk melakukan monitoring adalah menyusun rancangan monitoring dan melaksanakan kegiatan monitoring dengan menggunakan metode, teknik, dan instrument yang telah ditetapkan dalam menyusun rancanagn monitoring.
e.       Pelaporan
         Pelaporan adalah kegiatan penyusunan dan penyampaian informasi yang dilakukan secara teratur tentang komponen proses, hasil, dan pengaruh suatu kegiatan kepada pihak yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab terhadap kelancaran dan tindak lanjut program baik secara tertulis maupun lisan. Tujuan pelaporan adalah untuk memberikan gambaran nyata tentang proses dan hasil kegiatan pengawasan, supervise, dan monitoring. Pelaporan berfungsi sebagai media komunikasi, pertanggungjawaban, dan bahan dokumnetasi.pelaporan dapat dilakukan sewaktu-waktu dan atau secara berkala.
         Fungsi pembinaan mencakup dua sub-fungsi yaitu sub-fungsi pengawasan dan sub-fungsi supervisi. Pelaksanaan kedua sub-fungsi ini dapat diawali atau disertai oleh kegiatan monitoring dan diakhiri dengan pelaporan. Di pihak lain, monitoring dan pelaporan berkaitan dengan penilaian.

5.      Penilaian / Evaluating
a.      Pengertian Penilaian
         Sudjana (2004:247), Evaluasi diartikan sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data atau informasi guna dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan. Sasaran yang dievaluasi adalah perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak program pada pendidikan non formal. Evaluasi dapat dilakukan pula terhadap fungsi-fungsi manajemen pendidikan non formal yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, penilaian dan pengembangan.
         Kaitan antara penilaian dengan perencanaan ialah bahwa rencana dinialai untuk mengetahui keunggulan dan kelemahannya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. kaitan antara penilaian dengan pengorganisasian ialah bahwa penilaian ditujukan untuk mengetahui apakah organisasi telah memenuhi prinsip-prinsip pengorganisasian yang tepat dan apakah sumber-sumber yang tersedia telah dipadukan dengan kegiatan yang ditetapkan dalam rencana. Kaitan antara penilaian dengan penggerakan ialah bahwa penilaian dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya disiplin dan moral kerja pelaksana serta untuk mengetahui cara-cara motivasi yang tepat dalam mengembangkan loyalitas, partisipasi, hubungan kemanusiaan, efisiensi dan efektivitas kerja. Kaitan antara penilaian dengan pembinaan ialah bahwa penilaian diarahkan untuk memelihara, memperbaiki, dan mengendalikan program atau kegiatan sesuai dengan program atau kegiatan yang seharusnya terjadi sebagaimana telah direncanakan. Kaitan anatara penilaian dengan pengembangan ialah bahwa penilaian diarahkan untuk mengikuti program dan menentukan tindak lanjutnya.
b.      Tujuan Penilaian
         Tujuan penilaian program berfungsi sebagai pengarah kegiatan penilaian da sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas kegiatan penilaian program. Sudjana (2004 : 254), tujuan dari penilaian atau evaluasi program yaitu:
1)      Memberi masukan untuk perencanaan program
2)      Memberi masukan untuk keputusan tentang kelanjutan, perluasan, dan penghentian program
3)      Member masukan untuk keputusan tentang memodifikasi program
4)      Memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat
5)      Member masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi penilaian
Setelah mengetahui tujuan dari penilaian program yang fungsinya sebagai pengarah kegiatan penilaian dan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan penilaian program selanjutnya dapat ditentukan aspek-aspek apa sajakah yang akan dilakukan penilaian. Aspek-aspek yang dinilai dalam system pendidikan nonformal adalah yang menyangkut masukan lingkungan, masukan sarana, masukan mentah, proses, keluaran, masukan lain, dan pengaruh. Aspek-aspek tersebut mencakup lingkungan sosial-budaya dan lingkungan alam yang berkaitan dengan system pendidikan nonformal, tujuan program, kurikulum, pendidik, peserta didik dengan karakteristik internal dan eksternal, interaksi edukasi antara peserta didik dengan pendidik, kuantitas dan kualitas peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran, daya dukung lain yang memungkinkan peserta didik dapat menerapkan hasil belajar dalam kehidupannya, dampak yang dialami peserta didik atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan lain.Selanjutnya aspek-aspek tersebut dinilai dengan menggunakan metode penilaian yang sudah ditentukan.
c.       Aspek-aspek Program yang Dinilai
         Menurut Anderson (1978) dalam  Sudjana (2004:260), aspek-aspek yang dievaluasi dibedakan menjadi enam kategori.
1)      Persiapan program yang terdiri atas identivikasi kebutuhan, pemetaan konsep program, perkiraan biaya, kelayakan pelaksanaan, proyeksi tuntutan baru dan daya dukung program.
2)      Kemungkinan tindak lanjut, perluasan dan penghentian program, kebutuhan baru, efektivitas pemenuhan kebutuhan, perkiraan akibat sampingan program, pembiyaan, tuntutan yang munkin timbul dan daya dukung.
3)      Kemungkinan modifikasi program seperti penyesuaian tujuan, isi, konteks, kebijakan dan pendayagunaan tenaga.
4)      Dukngan program dari masyarakat, kekuatan politik, sumber biaya dan profesi.
5)      Hambatan program dari masyarakat, kekuatan politik, sumber biaya dan profesi.
6)      Keilmuan dan teknologi yang mendasari program seperti pendidikan, psikologi, fisiologi, sosial, ekonomi dan metodologi evaluasi.
d.      Metode Penilaian
         Menurut Sudjana (2004:264), secara umum para evaluator program dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu pertama penilaian yang berorientasi pada penggunaan metode dan kedua berorientasi pada masalah. Penilai yang termasuk kategori pertama biasanya telah menguasai metode penilaian, teknik analisis atau instrument ntuk memecahkan masalah yang dihadapai. Penilai yang termasuk kategori kedua tidak terlalu menguasai metode penilaian melainkan melakukan penilaian dengan premis bahwa penilaian metode penilaian didasarkan atas tujuan yang telah ditentukan

6.      Pengembangan/Developing
         Pengembangan program muncul apabila keputusan yang diambil berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa program yang telah dilaksanakan perlu dilanjutkan dan atau ditingkatkan penyelenggaraannya. Secara operasional, pengembangan dapat diartikan sebagai upaya menindaklanjuti program ke tingkat program yang lebih baik, lebih luas dan leebih kompleks. Kegiatan pengembangan program pendidikan non formal penting diperhatikan berkenaan adanya asas pendidikan sepanjang hayat, asas belajar sepanjang hayat dan aktivitas bertahap serta berkelanjutan. Pengembangan pada adasarnya merupakan siklus kelanjutan dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggeraan pembinaan dan penilaian program.
            Pengembangan program dilakukan melali pendekatan partisipasi langsung dan tidak langsung. Partisipasi lansung dapat dilaksanakan dengan bertatap muka dengan kelompok kecil. Pendekatan ini diliputi dengan suasana keakraban ketersediaan informasi sebagai hasil penilaian program dan adanya keinginan serta kepentingan bersama yang dirasakan oleh para partisipan. Partisipasi tidak langsung dilakkan dalam kelompok besar tidak melalui tatap muka karena tempat tinggal para partisipan tersebar di berbagai wilayah.
a.      Hubungan antara pengembangan dan fungsi lain dalam manajemen
         Pengembangan adalah fungsi keenam dari manajemen. Pengembangan dapat dilakukan apabila sebuah program perlu pembenahan dalam kelanjutan program. Alasan-alasan mengapa dilakkan sebuah pengembangan program yaitu : Pertama, sesuai azas pendidikan sepanjang hayat maka program pendidikan non formal tidak merupakan kegiatan sekali tindak atau sekali selesai. Kedua, dalam manajemen pendidikan non formal, pengembangan program merupakan rangkaian kegiatan yang runtut dan berkesinambungan.
b.      Arti dan kegunaan pengembangan
         Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewjudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik, memajkan sesuatu yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks. Maka, pengembangan dalam manajemen pendidikan non formal adalah upaya memajukan program pendidikan ini ketingkat program yang lebih sempurna, lebih luas, dan lebih kompleks.
         Kegunaan pengembangan program. Pertama, yaitu meningkatkan, menekankan segi kualitatif. Peningkatan diarahkan untk menyempurnakan program pendidikan yang telah atau sedang dilaksanakan menjadi program baru yang lebih baik. Hal yang ditingkatkan adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pendidikan nonformal, komponen, proses dan atau tujuan pendidikan non formal. Dengan demikian kegunaan pengembangan ialah untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan atau sistem pendidikan non formal. Kedua, yaitu untk memperlas program pendidikan yang menitik beratkan pada segi kuatitatif. Hal yang diperluas adalah jangkaan program baik jangkauan wilayah atau jangkauan sasaran program yang bersangkutan.
c.       Pendekatan pengembangan
         Pendekatan pengembangan pada program pendidikan non formal memakai pendekatan partisipatif. Partisipatif  yaitu upaya mengembangakan program yang dilakukan oleh pimpinan atau pengelola program dengan mengikutsertakan semua pihak yang terlibat dan yang terkait dengan program.
         Pendekatan partisipatif dapat dilakukan langsung mapun tidak langsung. Pada pendekatan langsung pengelola rogram mengikut sertakan semua orang yang terlibat dalam penyelenggaraan program pendidikan non formal. Pendekatan lansung dilakukan dalam kelompok kecil yang bertatap muka. Sedangkan pendekatan artisipatif tidak langsung biasanya dilakkan dalam kelompok besar dan juga dapat dilaksanakan dalam kegiatan yang tersebar pada wilayah yang luas, sehingga setiap orang yang terlibat tidak memungkinkan dapat bertatap muka satu dengan yang lainnya.
d.      Strategi pengembangan
         Pengembangan program pendidikan sebaiknya dilakkan dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen strategi. Penggunaan manajemen strategis mengandung implikasi bahwa perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan dilakkan secara strategis. Perencanaan strategis mencakplangkah-langkah sebagai berikut.
1)      Kajian lingkungan
         Bahwa sebagai isyu yang timbul dilingkungan luar lembaga penyelenggara pendidikan non formal sering memberikan pengaruh besar terhadap masa depan lembaga dibandingkan dengan pengaruh isyu-isyu yang muncul dalam lembaga itu sendiri.
2)      Penilaian berbagai isyu
         Ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan perbedaan setiap isyu, menentukan keterkaitan antara isyu satu dengan yang lain dan untuk menentukan tingkat isyu tersebut. Dimana isyu-isyu penting dijadikan sebagai prioritas.
3)      Peramalan
         Menganalisis kebutuhan dalam rangka pengembangan sesuai dengna kebutuhan yang perlu dibenahi dari evaluasi yang telah dilakukan. Berkaitan dengan masa depan yang diharapkan atau masa depan yang diinginkan.
4)      Perumusan dan penentuan tujuan
         Penenatuan tujuan yang akan dicapai dalam pengembangan yaitu merupakan fungsi manajemen dan atau pembenahan fungsi manajemen.
5)      Implementasi
         Apabila peramalan dan penentuan tujuan telah dilakukan secara tepat, maka sebagian besar informasi yang diperlukan untuk mewujudkan tahapan implementasi ini telah teridentivikasi.
6)      Monitoring
         Monitoring merupakan bagian integral dalam proses studi lingkungan daripada studi lingkungan strategic. Walaupun fungsi khusus monitoring berbeda dalam kedua proses tersebut, tujuannya adalah sama yaitu untuk memperbaharui langkah-langkah dalam lingkungan proses tersebut.

C.    Kursus dan Pelatihan
1.      Kursus
         Kursus dalam Undang – Undang Sitem pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 26 ayat 1 telah dijelaskan bahwa “ Pendidikan Luar Sekolah diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, pelengkap pendidikan non formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat”.
         Salah satu bentuk Pendidikan Luar Sekolah yakni Kursus atau Pelatihan, seperti ditegaskan dalam pasal 26 ayat 5 bahwa “ Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja usaha mandiri dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kursus adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.Dalam hal ini, program kursus  yang diselenggarakan bagi warga belajar yang memerlukan pengembangan diri, bekerja mencari nafkah dan melanjutkan pendidikan. Kursus terdiri atas 3 tingkat kemampuan yaitu tingkat dasar, menengah, dan atas.
         Lembaga kursus tetap memenuhi unsure belajar mengajar seperti warga belajar, sumber belajar, program belajar, tempat belajar, dan fasilitas belajar. Kursus umumnya diselenggarakan oleh lembaga kemasyarakatan, yang berkembang pesat dalam jumlah lembaga penyelenggara, serta jenis – jenis program yang mampu merespons dan mengorganisasi kebutuhan hidup masyarakat.
         Tujuan kursus adalah guna memecahkan masalah mendesak yang dihadapi oleh manusia dari sudut pandang pendidikan, yaitu :
a.      Pengentasan Kemiskinan
         Pengentasan kemiskinan dari sudut pandang pendidikan adalah dengan cara menjadikan kursus sebagai pedidikan alternative yang diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku produktif atau sikap wiraswasta. Hal ini dapat dilihat dalam dampak peserta didik yang mengikuti kursus model atau pengembangan diri, sebagian besar peserta didik dalam kursus ini dapat diserap menjadi tenaga kerja sesuai dengan bidangnya.
b.      Masalah Pengangguran
         Arah pemecahan masalah pengangguran perlu diketahui latar belakangnya, diantaranya perubahan struktur industry, ketidakcocokan geografis, pergeseran demografis, tidak bisa bekerja, dan masalah pendidikan. Baik yang disebabkan kelambanan program pendidikan, maupun penyesuaian keterampilan bekerja. Sejalan dengan pengangguran, banyaknya masyarakat yang seringkali minim keahlian atau keterampilan menyebabkan semakin banyak jumlah pengangguran yang dihasilkan.
c.       Peluang Pengembangan Pribadi
         Kursus merupakan wadah mengisi waktu senggang masyarakat, baik dalam rangka meningkatkan keterampilan, dan penyaluran hobi, maupun pengembangan diri dan kepribadian. Dalam mengembangkan kepribadian adalah merupakan hal yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu. Khususnya masyarakat yang tidak mempunyai keahlian sama sekali untuk mengisi waktu senggang maupun hanya sekedar menjadi pembantu rumah tangga.  
2.      Pelatihan
Moekiyat (2005: 3) menyatakan bahwa “ pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori”. Pernyataan ini didukung oleh Yoder dalam Moekiyat (2005) yang mendefinisikan kegiatan pelatihan sebagai upaya mendidik dalam arti sempit, terutama dilakukan dengan cara instruksi, berlatih, dan sikap disiplin.
Pelatihan dikatakan sebagai terapi untuk meningkatkan kemampuan warga belajar dalam menghadapi tuntutan maupun perubahan baik di lingkungan tempat tinggal maupun di daerah lain. Melalui kegiatan pelatihan warga belajar diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga dapat memberikan kontribusi yang tinggi. Dengan adanya pelatihan setidaknya dapat membantu masyarakat dalam menerapkan ilmu yang telah mereka miliki.
Dengan pelatihan juga dapat menimbulkan perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan bekerja masyarakat, perubahan sikap terhadap pekerjaan, serta dalam informasi dan pengetahuan yang mereka terapkan dalam pekerjaannya sehari-hari. Kursus dan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumber daya manusia, yang di dalam terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumber daya manusia dapat maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Sementara dalam Instruksi Presiden No.15 tahun 1974 dalam buku Mustofa Kamil (2010:4), pengertian pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori.
Goldstein dan Gressner (1988) dalam buku Mustofa Kamil (2010: 6), memberikan definisi pelatihan yang ditekankan pada tempat dilaksanakannya pelatihan. Mereka mendefinisikan pelatihan sebagai usaha sistematis untuk menguasai keterampilan, peraturan, konsep ataupun cara berperilaku yang berdampak pada peningkatan kinerja. Misalnya, untuk pelatihan berdampak pada peningkatan kerja, setting pelatihan diusahakan semirip mungkin dengan lingkungan kerja yang sebenarnya. Contoh lainnya, pelatihan juga bisa dilakukan di tempat yang sangat berbeda dengan lingkungan kerja yang sebenarnya, misalnya di ruangan kelas.
Konsep pelatihan juga diungkapkan oleh Dearden (1984) dalam buku Mustofa Kamil (2010: 7), yang menyatakan bahwa pelatihan pada dasarnya meliputi proses belajar mengajar dan latihan bertujuan untuk mencapai tingkatan kompetensi tertentu atau efesiensi kerja. Sebagai hasil pelatihan, peserta diharapkan mampu merespon dengan tepat dan sesuai dengan situasi tertentu. Seringkali pelatihan dimaksud untuk memperbaiki kinerja yang langsung berhubungan dengan situasinya.
Berdasarkan pada beberapa definisi pelatihan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka dapat diketahui bahwa pelatihan merupakan satu rangkaian kegiatan dalam upaya pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir berupa proses perencanaan hingga tindak lanjut. Sehingga peserta pelatihan secara aktif mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu terutama dalam usaha mengembangkan potensi peserta pelatihan.
a.      Tujuan Pelatihan
Dale S. Beach (1975) dalam buku Mustofa Kamil (2010: 10) mengemukakan, “The objective of training is to achieve a change in the behavior of those trained” (Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih). Sementara itu dari pengertian pelatihan yang dikemukakan Edwin B. Flippo dalam buku Mustofa kamil (2010: 10), secara lebih rinci tampak bahwa tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang.
Penulis lain mengemukakan bahwa tujuan pelatihan itu tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saja melainkan juga untuk mengembangkan bakat. Hal ini sebagaimana yang tampak pada definisi pelatihan yang dikemukakan oleh Michael J.Jucius dalam buku Mustofa Kamil (2010: 11) di atas bahwa pelatihan bertujuan untuk mengembangkan bakat, keterampilan, dan kemampuan. Atas dasar ini Moekiyat (1981) dalam buku Mustofa Kamil (2010: 11) mengatakan bahwa tujuan umum pelatihan adalah untuk:
1)   Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
2)   Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional.
3)   Untuk mengembangkan sikap, sehingga dapat menimbulkan kemauan untuk bekerja sama.
Pada dasarnya pemberian pelatihan bagi masyarakat bertujuan untuk memberdayakan, sehingga mereka jadi berdaya dan bisa turut berpartisipasi aktif pada proses perubahan. Secara khusus dalam kaitan dengan pekerjaan, Simamora (1995) dalam buku Mustofa Kamil (2010: 11) mengelompokkan tujuan pelatihan ke dalam lima bidang, yaitu:
1)   Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi. Melalui pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat secara efektif menggunakan teknologi-teknologi baru.
2)   Mengurangi waktu belajar bagi karyawan untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan.
3)   Membantu memecahkan permasalahan operasional.
4)   Mempersiapkan karyawan untuk promosi, dan
5)   Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan tujuan dari pelatihan adalah membimbing dan membantu seseorang untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan meningkatkan keterampilan peserta pelatihan dalam rangka meningkatkan produktifitasnya setelah mengikuti pelatihan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan mendatang.



b.      Jenis-jenis Pelatihan
J.C. Denyer (1973) dalam buku Mustofa Kamil (2010: 15) yang melihat dari sudut siapa yang dilatih dalam konteks suatu organisasi, membedakan pelatihan atas empat macam, yaitu:
a.       Pelatihan induksi (induction training), yaitu pelatihan perkenalan yang biasanya diberikan kepada pegawai baru dengan tidak memendang tingkatannya. Pelatihan induksi dapat diberikan kepada calon pegawai lulusan SD, SLTP, SMA, SMK, kesetaraan, dan lulusan perguruan tinggi.
b.      Pelatihan kerja (job training), yaitu pelatihan yang diberikan kepada semua pegawai dengan maksud untuk memberikan petunjuk khusus guna melaksanakan tugas-tugas tertentu.
c.       Pelatihan supervisor (supervisory training), yaitu pelatihan yang diberikan kepada supervisior atau pimpinan tingkat bawah.
d.      Pelatihan manajemen (management training), yaitu pelatihan yang diberikan kepada managemen atau untuk pemegang jabatan manajemen.
e.       Pengembangan eksekutif (executive development), yaitu pelatihan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pejabat-pejabat pimpinan.

F.     Hayomi Modelling School and Personal Development
1.      Sejarah Hayomi Modelling School
            Hayomi Modelling School berdiri tahun 1998 didirikan oleh bapak Hayomi Gunawan, kursus tersebut berdiri karena sedang terjadi krisis moneter sehingga beliau membuka sekolah modelling tersebut karena melihat karakter dari teman-teman model yang hanya mengandalkan kecantikan dan ketampanan luar nya saja, akan tetapi kurang memiliki intelegensi. Oleh karena itu pemilik menginginkan kedua komponen tersebut sehingga menjadi entertain yang tidak hanya memiliki skill yang bagus melainkan memiliki intelegensi atau inner beauty yang dikembangkan melalui pengembangan karakter (personal development) yang diberikan oleh pemilik kursus itu sendiri.
2.      Tujuan
a.       Memiliki integritas kepribadian tinggi yang meliputi skill dan intelegensi sebagai tenaga-tenga modeling profesional di bidang entertainment
b.      Dapat memenuhi tuntutan sebagai modeling profesional guna memenuhi kebutuhan di bidang hiburan
c.       Membantu peserta didik agar bisa memperoleh pendidikan dan pelatihan yang berkualitas
d.      Membantu peserta didik agar mudah mendapatkan pekerjaan, mampu berkarier dengan baik di bidang entertain

3.      Profil Lembaga
Nama Organisasi         : Hayomi Modelling School and Personal Development
Alamat                                    : Griya Kebraon Praja Barat RC 29 Surabaya
Penyelenggara             : Hayomi Gunawan (BRAM)
Tahun Berdiri              : Tahun 1998
4.      Patokan Dikmas
a.       Warga Belajar
Terdiri dari masyarakat kalangan menengah ke atas, karena kursus tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Warga belajar terdiri dari anak-anak, remaja dan dewasa.
b.      Sumber Belajar
1)      Bagian Acting dan olah vokal dibimbing oleh mbak Nindi dan Anang Hanani
2)      Bagian Modelling dibimbing oleh Ayu dan Nanda
3)      Bagian personal development dipimpin olehn Hayomi Gunawan (Pemilik kursus modelling)
c.       Paguyuban Kegiatan Belajar
Penyelenggara kursus tersebut adalah pemilik dari kursus yaitu Bapak Hayomi Gunawan
d.      Pamong Belajar
Kumpulan kelompok belajar tersebut di bagi menurut program belajar yang ada di kursus Hayomi modelling tersebut.
e.       Tempat Belajar
Griya Kebraon Praja Barat RC 29 Surabaya, yang juga merupakan rumah dari Bapak Hayomi Gunawan.
f.       Sarana Belajar
Di tempat kursus Hayomi Modelling School terdapat berbagai faslitas yang tersedia untuk menunjang proses pembelajaran meliputi :
1)      Ruangan Catwalk untuk untuk pembelajaran Modelling School.
2)      Ruangan kelas untuk pembelajaran teori
g.      Dana Belajar
         Dana belajar yang di gunakan Hayomi Modellinh School yaitu  murni dari modal sendiri serta modal pendaftaran peserta didik pada awal masuk. Ragi Belajar
Ragi belajar adalah  hal-hal yang  mampu mempengaruhi warga belajar untuk lebih termotivasi mengikuti pembelajaran. Kesadaran untuk mengembangkan diri sebagai Model maupun Entertainer. Pemilik kursus banyak memiliki relasi yang cukup banyak dan berkualitas dalam bidang entertaint sehingga memungkinkan para peserta didik maupun alumni dapat menyalurkan bakat dengan relasi tersebut.
h.      Program Kegiatan Belajar
1)      Modelling School
2)      Personal Development
3)      Olah Vokal
i.        Hasil Belajar
         Di dalam lembaga kursus ini, warga belajarnya memperoleh materi-materi yang sesuai dengan vokasi yang di ambil sehingga melahirkan peserta didik yang membanggakan dan berkualitas, yang terbukti dengan adanya beberapa peserta didik yang menggeluti berbagai bidang di dunia entertaint. Contohnya Fay Nabila, Titis Saputra dan Maria Idol.







G.   
Proses
Perencanaan
Pengorganisasian
Moitvasi
Pengawasan
Manajer, tutor, kurikulum, fasilitas.
EVALUSI dan PENGEMBANAGAN
OUPUT
WB integritas kepribadian tinggi yang meliputi skill dan intelegensi sebagai tenaga-tenga modeling profesional di bidang entertainment.
WB mampu memenuhi tuntutan sebagai modeling profesional guna memenuhi kebutuhan di bidang hiburan.


INPUT
SDM Yaitu
Manajer, Tutor dan Peserta Didik
Non-SDM Yaitu
Sarana prasarana, fasilitas, ruang belajar dan kurikulum
Kerangka Berpikir

BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Pendekatan Penelitian
         Terkait dengan judul dan permasalahan yang diangkat maka penelitian ini berkisar pada penerapan manajemen dan faktor-faktor penghambat dan pendukung yang ada di dalam lembaga kursus dan pelatihan. Untuk itu penelitian ini akan mendeskripsikan seberapa efektif dan efisien penerapan manajemen Pendidikan Luar Sekolah yang ada di dalam lembaga kursus dan pelatihan Hayomi modeling School and Personal Development. Untuk mengungkap dan mendeskripsikan penerapan manajemen disunakan pendekatan kualitatif.
Moleong (2005:4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Alasan penggunaan pendekatan kualitatif adalah pendekatan kualitatif lebih mudah dihadapkan pada kenyataan, menyajikan secara langsung hubungan peneliti dengan subyek penelitian, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Alasan tersebut juga didukung dengan karakteristik pendekatan kualitatif yang sesuai dengan judul penelitian yang diambil, adapun karakteristik tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1.      Permasalahan Masa Kini
         Penelitian kualitatif mengarahkan kegiatannya secara dekat pada masalah kekinian (current event).Kepentingan pokoknya diletakkan pada peristiwa nyata dalam dunia aslinya, bukan sekedar pada laporan yang ada. Subjek peristiwa yang diteliti adalah subjek masa kini dan bukan subjek masa lampau seperti dalam kebanyakan riset historis.
2.      Memusatkan pada Deskripsi
         Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi.Peneliti menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data.
3.      Peneliti sebagai Alat Utama Riset (Human Instrument)
         Walaupun berbagai alat pengumpulan data yang biasa kita kenal ada kemungkinan untuk digunakan, namun alat penelitian utamanya adalah peneliti sendiri.Perlu ada keyakinan bahwa hanya manusia yang mampu menggapai dan menilai makna dari berbagai interaksi. Ini berarti bahwa penelitilah yang memaknai data, menganalisis, mensintesis, dan kemudian menginterpretasi data, dan bukannya melalui alat bantu atau instrumen.
4.      Purposive Sampling
         Purposive Sampling berarti bahwa pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk mewakili populasi, melainkan untuk mewakili informasi berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu.
5.      Lebih Mementingkan Proses dari pada Produk
         Hal ini dimaksudkan bahwa penelitian kualitatif menekankan pada proses penelitian dan proses suatu gejala. Sementara produk akan mengikuti bagaimana proses berjalan. Sebagai contoh, penelitian terhadap proses belajar-mengajar yang tekanannya adalah proses, dan tentunya akan berakibat pada hasil atau produk.
6.      Makna sebagai Perhatian Utama Riset
         Dalam mengumpulkan beragam informasi, peneliti memperhatikan proses bagaimana sesuatu terjadi, karena makna mengenai sesuatu sangat ditentukan oleh proses bagaimana sesuatu itu terjadi. Jika dalam penelitian kuantitatif dituntut untuk tidak melebihi fakta dan mencari hubungan kausalitas, maka dalam penelitian kualitatif dituntut untuk mencari makna di balik fakta. Itu artinya, penelitian kualitatif tidak hanya berhenti pada fakta, melainkan dilanjutkan pada pencarian makna di balik fakta tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Peneliti mengamati dan mendalami selama implementasi manajemen baik proses dan faktor-faktor pendukung maupun penghambat yang menjadi faktor penentu keberhasilan program.

B.     Fokus Penelitian
Subjek penelitian merupakan subjek yang menjadi sasaran penelitian yang dapat dijadikan sebagai sumber data (Arikunto, 2002:108). Adapun yang menjadi subjek penelitian antara lain :
1.      Manajer atau pengelola selaku pemilik lembaga kursus dan pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development dan sekaligus pengelolanya.
2.      Tutor sebagai tenaga pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development.
3.      Peserta didik “Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development” sebagai pelaku yang mengikuti program kursus dan pelatihan guna meningkatkan skill dan pengembangan diri. Yang bertujuan untuk mengetahui dampak dari mengikuti pelatihan dari mengikuti program-program di Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development.

C.    Lokasi Penelitian
         Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development di Kebraon Praja Barat Surabaya. Alasannya adalah karena dalam skripsi-skripsi sebelunya belum ada penelitian yang membahas manajemen kursus model dan pengembangan diri dan ada lembaga pendidikan non formal yang menggunkan manajemen formal sehingga menghambat atau menjadi penyebab kegagalan pengelolaan lembaga.

D.    Deskripsi Subyek Penelitian
1.      Data Primer
         Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok, atau organisasi. Data primer bisa disebut juga denga data pokok. Data primer pada penelitian ini diperoleh, dari observasi dan wawancara dengan pemilik Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development di Kebraon Praja Barat Surabaya.
2.      Data Sekunder
         Sedangkan menurut Ruslan, data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi melalui publikasi dan informasi yang telah dikeluarkan di berbagai oragnisasi atau perusahaan. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari buku profil yang dimiliki Lembaga Kursus dan Pelatihan Hayomi Modelling School and Personal Development di Kebraon Praja Barat Surabaya.


E.     Teknik Pengumpulan Data
         Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah teknik observasi, teknik dokumentasi, dan teknik wawancara.
1.      Observasi
         Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari pada subjek yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dalam observasi partisipan ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna atau kesimpulan yang menunjukan maksuddari setiap perilaku yang nampak.
Menurut Susan Stainback (dalam Sugiyono 2010: 227) “In participant observation, the researcher observs what people do, listen to what the say, and participates in their activities” Dalam observasi partisipatif, penelitf mengamati apa yang dikegakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka.

         Teknik pengumpulan data  dalam penelitian ini digunakan melalui cara Observasi partisipatif (secara langsung). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi langsung yaitu pengamatan secara langsung dengan berpedoman pada pedoman observasi terhadap gejala-gejala subyek yang diteliti. Subyek yang dimaksud adalah implementasi fungsi-fungsi manajemen dan faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam tercapainya keberhasilan mencapai tujuan. Alasannya adalah, peneliti merupakan komponen utama dalam penelitian sehingga penting untuk terjun secara langsung agar dapat mengenali kondisi lapangan dan mengumpulkan data-data yang diperlukan secara cepat dan tepat. Langkah-langkahnya yaitu:
a.       Menyiapkan instrument penelitian
b.      Menentukan waktu observasi
c.       Melakukan observasi
d.      Mencatat hasil
2.      Wawancara
         Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono, 2010: 235) yaitu:
a.       Menetapkan kepada siapa, wawancara akan dilakukan.
b.      Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
c.       Mengawali atau membuka alur wawancara.
d.      Melangsungkan alur wawancara.
e.       Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
f.       Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
g.      Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
         Teknik pengumplan data dengan wawancara digunakan untuk memperoleh data-data atau informasi dari pemilik lembaga dan peserta didik untuk mengumpulkan data:
a.       Untuk mengumpulkan data tentang penerapan manajemen dalam lembaga kursus
b.      Mengumpulkan data faktor pemghambat dan pendorong dalam mencapai tujuan lembaga kursus.
3.      Dokumentasi
         Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. (Arikunto, 2002:206). Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data yang sudah ada yaitu dengan dipelajari dan dicatat apa yang diperlukan oleh peneliti. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk merekam data yang dapat gunakan sebagai buktir tertulis maupun gambar, melalui dokumen pribadi maupun dokumen resmi mengenai penerapan manajemen kursrus dan pelatihan pada Hayomi Modelling and Pessonal Development.

F.     Analisis Data
         Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit- unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain, (Bogdan dalam Sugiyono, 2010: 244).
         Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak sebelum terjun ke lapangan sampai selesainya penelitian di lapangan yang dilakukan dengan cara seksama dan teliti. Proses analisis data dimulai dengan mempelajari semua data yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara maupun dari studi dokumenter. Data yang telah dikumpulkan ini merupakan data mentah yang selanjutnya diolah untuk dapat ditransfer ke dalam laporan penelitian.
         Setelah seluruh data dikaji, selanjutnya selanjutnya dilakukan reduksi data dengan membuat abstraksi yang memuat rangkuman hal-hal yang bersifat inti, melakukan sistematisasi, dan menjaga agar data dan informasi penting tidak hilang atau terbuang.Dengan demikian diharapkan dapat memberi gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan selama proses pengumpulan data karena dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama proses kegiatan dilapangan bersama dengan pengumpulan data dan setelah pengumpulan data dalam periode tertentu, (Sugiono, 2010:246). Teknik anasis data tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:
1.      Koleksi Data
         Koleksi data yaitu proses pengumpulan data dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang mana data tersebut diperoleh dari subjek penelitian maupun sumber informasi. Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam proses pengolahan data. Untuk mengkoleksi data, peneliti teijun langsung ke lapangan untuk memperoleh data-data atau informasi dari subjek penelitian maupun sumber informasi melalui observasi dan wawancara serta mencari dokumentasi hasil penelitian. Hasil dari koleksi data ini kemudian diolah oleh peneliti untuk kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.
2.      Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilahan pemusatan data yang bersifat umum dan penting yang diperoleh di lapangan. Dengan data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang jelas tentang data itu.
Dalam penelitian ini reduksi data dilaksanakan dengan cara :
a.       Membuat ringkasan kontak
         Selama proses pengumpulan data, semua data yang berhasil dikumpulkan dibaca dan dipahami, selanjutnya data-data itu dituangkan dalam bentuk ringkasan. Ringkasan kontak berisi uraian singkat hasil penelaahan melalui ringkasan-ringkasan singkat terhadap data yang telah berhasil dikumpulkan di lapangan.
b.      Pengkodean kategori
         Data-data yang telah berhasil dikumpulkan selanjutnya ditelaah kembali dimaksudkan untuk mengidentifikasi semua topik yang disajikan berdasarkan fokus penelitian.Topik yang telah ditelaah kemudian dikodekan sesuai dengan satuan topik yang bertujuan untuk mengorganisasi data kedalam suatu deskripsi topik yang lebih sistematis.
c.       Membuat catatan refleksi
         Setelah pengkodean dilakukan, semua catatan yang diperoleh kemudian dibaca kembali, digolongkan untuk menentukan satuan- satuan data yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam atas data yang telah dikumpulkan.
d.      Pemilahan data
         Pada teknik ini peneliti melakukan penelaahan terhadap seluruh data yang diperoleh dari berbagai metode pengumpulan data dan berbagai sumber data kemudian peneliti berusaha membuat kesimpulan mengenai proses dan pertanyaan pada setiap komponen penelitian.
3.      Display Data
         Menurut Milles dan Huberman dalam Riyanto (2007:33), “Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif, table, matrik, dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulan dapat dikuasai oleh peneliti sebagai dasar mengambil kesimpulan yang tepat.
4.      Verifikasi Data
         Sejak awal pengumpulan data, peneliti harus membuat simpulan- simpulan sementara.Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut harus di cek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti untuk selanjutnya dibuat simpulan yang sesungguhnya. Verifikasi data yaitu melakukan pencarian makna dari kata-kata yang dikumpulkan secara lebih teliti. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencari pola, tema, bentuk, hubungan persamaan dan perbedaan, faktor- faktor yang mempengaruhi dan sebagainya.
Kesimpulan yang telah dibuat sebelumnya yang masih bersifat sementara akan berubah bila ditemukan bukti-bukti pendukung yang kuat pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Kesimpulan awal yang didukung bukti-bukti valid dan konsisten ketika peneliti teijun ke lapangan dalam rangka pengumpulan data, maka kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang kredibel. Hasil dari verifikasi adalah kesimpulan secara utuh, menyeluruh dan akurat.

G.    Kriteria Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2010: 366) dalam proposal perlu dikemukakan rencana uji keabsahan data yang akan dilakukan. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas (Validity internal), uji transferability (Validitas eksternal), uji dependability (Reliabilitas), dan uji confirmability (Obyektivitasi).
1.      Uji kredibilitas (Validity internal)
Uji kredibilitas atau kepercayaan terdapat data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. Dalam uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil, penelitian ini menggunakan triangulasi.
Menurut Wiliam Wiersma dalam Sugiyono (2010: 372) Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data sources or multiple data collection procedures. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.
a.       Triangulasi Sumber
         Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini peneliti menguji kredibilitas tentang penerapan manajemen pendidikan non formal pada lembaga kursus dan pelatihan hayomi modelling school and personal development. Maka pengumpulan dan penguji data ini dapat diperoleh tutor atau tenaga pendidik, tim penyelenggara program, peserta didik yang di bandingkan dan mengecek ulang derajat kepercayaan data yang diperoleh dengan menggunakan sumber lain atau informan yang berbeda agar data yang diperoleh menjadi lebih valid.
b.      Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Peneliti memperoleh data dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner.
c.     Triangulasi Waktu
Trianggulasi waktu untuk menguji data yang dilakukan dengan cara menanyakan pertanyaan pada waktu yang berbeda. Karena waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.
d.      Member Checks
Mengecek kesesuaian rekaman informasi/ data, intepretasi dan simpulan-simpulan hasil penelitian dengan jalan meminta kepada peserta pelatihan, instruktur pelatihan, penyelenggara pelatihan untuk mereviu kembali dan mengecek kebenarannya.
2.      Uji Transferability (Validitas eksternal)
Dalam uji transferability, peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga mudah memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.
Menurut Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010: 337) Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar transferability.
3.      Uji Konfirmabilitas (Obyektivitasi).s
Konfirmabilitas adalah kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian dengan penelusuran dan pelacakan catatan/ rekaman data lapangan dan koherensinya dalam interpretasi dan simpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh auditor.
4.      Uji Dependability (Realibilitas)
Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Menurut Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010: 337) “jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukakan “jejak aktivitas lapangannya” maka depenability penelitiannya patut diragukan”. Peneliti menunjukkan hasil-hasil catatan, rekaman, hasil wawancara, data dokumentasi yang diperoleh selama penelitian.


Daftar Pustaka
Sudjana, Djudju. 2004.  Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Falah Production.
Brantas, Drs. 2009. Dasar-dasar Manajemen. Bandung : Alfabeta.
Jusuf, Soelaiman. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Sudjana, Djudju. 2006. Evaluasi Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiono, dkk. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya : Unesa University Press
UU  No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara
Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya: Unesa University Press Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa (Dari Teori Hingga Aplikasi). Jakarta: PT Bumi Aksara
Moleong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung : ALFABETA
Moekijat. 2005. Evaluasi Pelatihan Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas. Bandung : Mandar Maju
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT RINEKA CIPTA